Kenalkan Si Penjaga Hiu di Pelosok Raja Ampat

By , Jumat, 29 Mei 2015 | 11:30 WIB

Di perairan Jaam, ada sejumlah hiu, namun paling banyak hiu lontar (Rhynchobatidae). Ada juga hiu endemik seperti hiu bintik. Sejenis hiu bisa berjalan, oleh warga dikenal dengan Kalabia.

Kalabia atau Freycinet's Epaulette shark (Hemiscyllium freycineti) termasuk keluarga hiu bambu yang memiliki bentuk tubuh panjang dan ramping dengan corak warna khas. Yaitu, warna dasar putih kecokelatan dengan totol-totol kecil dan besar berwarna cokelat muda dan hitam.

Kalabia termasuk hewan nocturnal atau hanya aktif di malam hari untuk mencari makan. Di siang hari tidur di celah-celah terumbu karang.

Perburuan marak menyebabkan hiu Raja Ampat menurun drastis. Pemda Raja Ampat pun menerbitkan larangan penangkapan hiu melalui Perda nomor 9 tahun 2012. Ikan lain yang tak boleh ditangkap pari manta, dugong, penyu dan sejumlah ikan-ikan endemik Raja Ampat. Pelanggar bisa kena Sanksi kurungan enam bulan penjara atau denda Rp50 juta.

Sejak perda ini, aktivis perburuan hiu di sekitar Jaam turun drastis, bahkan kini hampir tak ada. "Mungkin masih ada, tapi sembunyi-sembunyi. Kalau kedapatan, mereka beralasan tersangkut di jaring. Secara terang-terangan sudah tak ada. Semua izin sudah dicabut dengan πerda ini."

Menurut Cagi, awal perda dia cukup kerepotan menangani hiu, karena sebagian pelaku dari kampung sendiri, bahkan keluarga sendiri. Warga tak serta merta mengetahui ataupun menerima keberadaan perda. Salah satu tugas diapun memberi pemahaman kepada warga.

"Setelah dijelaskan aturan ini dengan baik, termasuk sanksi, mereka perlahan bisa menerima."

Namun, katanya, menghentikan total perburuan hiu sulit karena pasar masih ada. Perdagangan gelap sirip hiu di Raja Ampat masih ada hingga kini. "Seharusnya para pengusaha ini dihentikan. Selama mereka membeli, penangkapan tetap ada."

Dalam patroli, biasa dua kali sebulan, masing-masing selama enam hari, Cagi menggunakan strategi khusus demi mencegah jadwal patroli diketahui pihak lain.

"Rute patroli tidak pernah tetap, selalu diacak atau diubah-ubah. Petugas patroli baru mengetahui secara pasti rute di saat pertemuan di pos sebelum berangkat."

Sebagai bagian patroli, tim ini mencatat setiap nelayan yang ditemui di lapangan. Mereka tidak hanya mencatat alat tangkap juga jenis ikan dan jumlah.

"Ini menjadi bahan evaluasi sejauhmana upaya konservasi, apa hasil laut bertambah atau malah makin berkurang."