Kenalkan Si Penjaga Hiu di Pelosok Raja Ampat

By , Jumat, 29 Mei 2015 | 11:30 WIB

Selain Cagi, ada satu lagi petugas dari UPTD KKPD dan empat orang direkrut dari warga. Mereka perwakilan kampung sekitar. Mereka biasa disebut Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas), yang memang ditempatkan di pos-pos UPTD KKPD di beberapa lokasi di Raja Ampat.

"Berbeda dengan petugas UPTD, mereka tidak digaji rutin, hanya uang pengganti hari sesuai lama mereka ikut berpatroli."

Sejak ada perda, pengawasan perairan makin gencar. Populasi hiu sempat turun drastis, kini meningkat tajam, termasuk di sekitar Jaam.

Di Jaam, tak sulit memancing agar hiu-hiu muncul ke permukaan. Cukup melempar ikan atau potongan ikan segar berdarah ke pantai, hiu-hiu mulai bermunculan. Sayangnya, sore itu Cagi tak membawa ikan segar.

"Harus ikan segar berdarah, karena hiu cepat datang jika mencium bau darah."

Beruntungnya, kami masih sempat melihat penampakan sekawanan anak hiu berenang di sekitar pantai dangkal. Mereka tampak tak terganggu dengan keberadaan manusia di tempat itu.

"Saya punya anak, namanya Bernat, masih tiga tahun tapi sering bermain dengan hiu-hiu itu kalau datang ke sini. Ia suka memberi makan dan bermain bersama sekawanan anak hiu itu."

Cagi bangga dengan aktivitas sekarang."Dulu suka membantai hiu, kini saya melindungi mereka."

Perairan Jaam kaya berbagai biota laut. Selain hiu, di sini banyak ikan napoleon, penyu bahkan lumba-lumba dan paus. Hasil riset TNC sepanjang 2006-211, menemukan, di perairan Misool ada tiga spesies paus dan tiga spesies lumba-lumba.

Dulu, di Jaam, tidak hanya marak perburuan hiu, juga pengeboman ikan. Ini masih bisa dilihat dari banyak karang mati pada kedalaman tertentu.

"Kalau kita menyelam terlihat masih ada sisa terumbu karang hancur, meski kini telah tumbuh terumbu karang baru," kata Awaluddinnoer, Koordinator Bidang Monitoring dan Evalulasi TNC Raja Ampat.

Pengeboman ikan juga menjadi polusi suara, yang bisa menyebabkan paus mengalami kerusakan syaraf berakibat disorientasi dan terdampar.

Upaya rehabilitasi kawasan sekitar Jaam tidak hanya dengan penerbitan perda. Upaya lain, memberlakukan kawasan sebagai no take zone, berupa larangan mengambil atau menangkap ikan dan biota laut lain sepanjang radius 10 km dari kawasan itu.

Di sekitar Jaam, tak terlihat ada perahu nelayan melaut. Beberapa keramba ikan masih terpasang, meski hasil tak lagi diambil.

Misool Timur Selatan merupakan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) terbesar dan terletak paling selatan dari Jejaring KKPD Raja Ampat. Ia di kawasan Segitiga Terumbu Karang, pusat keragaman hayati laut dunia. KKPD ini terbentang 366.000 hektar, meliputi gugusan pulau-pulau tersusun dari batuan kapur kuno dengan mosaik terusan dan danau air asin yang masih terjaga. Terdapat 5.000 jiwa penduduk mendiami kawasan ini dari etnis beragam.