Psikologi Tersembunyi Saat Mencoblos

By , Rabu, 3 Juni 2015 | 10:30 WIB

Mungkin karena argumentasi ini, beberapa tahun lalu seorang politikus di Amerika menggelar kampanye dengan menyebar pamflet yang diberi bau sampah.

Prasangka bawah sadar

Prasangka bawah sadar, biasa dikenal negativity bias, sudah dimanfaatkan para politikus terutama di musim kampanye.

Ini adalah kecenderungan orang-orang yang lebih suka mengingat informasi negatif dan membiarkan emosi negatif mempengaruhi atau mendominasi mereka saat mengambil keputusan.

Berdasarkan penelitian Krosnick, tindakan seorang politikus melakukan "kampanye hitam" dengan menjelek-jelekkan lawan, bisa meningkatkan angka partisipasi politikus yang menyerang lawan.

!break!

Mantan Wakil Presiden AS Al Gore dalam Deauville Festival of American Film pada September 2006.. (Getty Images/National Geographic News)

Emosi negatif orang-orang juga mempengaruhi pilihan politik mereka.

Banyak kajian menunjukkan, para pemilih secara tidak sadar menghukum politikus-politikus ketika situasi berubah tidak sesuai dengan harapan mereka, bahkan ketika situasi itu sebenarnya tidak terkait sepenuhnya dengan politik.

Ini bisa dilihat dalam persaingan antara Al Gore dan George W. Bush dalam pemilihan presiden Amerika pada 2000.

Pemilihan dilangsungkan setelah terjadi serangkaian kekeringan parah dan banjir, yang membuat analis politik Larry Bartels dan Christopher Achen, bertanya-tanya akankah pemilih menyalahkan kemalangan mereka kepada petahana Partai Demokrat?

Analisis antara pola cuaca dan partisipasi pemilih di 54 negara bagian memperlihatkan angka pemilih turun 3,6% pada pemilihan tahun 2000 atau dengan kata lain—seperti ditulis para analis politik—"2,8 juta orang tidak memilih Gore karena negara bagian mereka terlalu basah atau terlalu kering".

Hubungan unik semacam ini tidak hanya terkait dengan cuaca tapi juga dengan hasil pertandingan olahraga.

Jika pola mencoblos bisa berasal dari prasangka-prasangka alam bawah sadar, apakah dengan begitu validitasnya menjadi berkurang?

"Pertanyaan yang menarik," kata Inbar.

"Jika saya bisa menjelaskan mengapa Anda suka es krim, apakah kemudian Anda salah karena menyukai es krim? Pada tingkat individual, saya rasa validitasnya tidak berkurang," katanya.