Monyet Penyebab Konflik Agama dan Kehidupan

By , Kamis, 18 Juni 2015 | 13:00 WIB

Coba bayangkan Anda sudah bekerja keras dalam waktu yang lama menanam pangan untuk keluarga Anda.

Anda merawat lahan, mengatasi cuaca yang tidak bersahabat dan akhirnya, setelah berbulan-bulan berusaha keras, Anda hampir memanen tanaman yang akan membuat Anda dapat bertahan hidup selama setahun.

Dan tiba-tiba 'Tuhan' turun ke ladang dan mulai memakan semuanya.

Dengan mengambil bentuk seekor monyet, Tuhan memutuskan menyukai tanaman Anda dan sekarang merusak, berpesta di atas pekerjaan Anda.

Apakah Anda akan bahagia? Apakah Anda akan menghela nafas dan menerimanya sebagai hak Tuhan? Atau jika hal ini terjadi setiap tahun, Anda akhirnya marah kepada Tuhan?

Monyet penjelmaan dewa

Itulah dilema yang dihadapi para petani setiap tahun di India utara.

Di sana, manusia memuja monyet spesies khusus macaque rhesus atau kadang disebut monyet rhesus.

Binatang ini adalah lambang keagamaan di India, yang secara budaya dipandang sebagai penjelmaan dewa Hindu Hanuman.

Macaque rhesus merambah tanaman di lahan, memakan biji-bijian dan sayuran.

Monyet ini adalah hama biasa pertanian, yang bersama-sama dengan spesies lainnya memicu konflik antara manusia dengan alam.

Penelitian konflik manusia-monyet

Macaques rhesus menyerang lahan tanaman dan memakan biji-bijian dan sayuran. (BBC Indonesia/imageBROKER/Alamy)

Muncul kekhawatiran konflik ini akan meningkat, membuat manusia mulai membunuh binatang liar, yang akhirnya mengancam kelangsungan hidupnya.

Di bawah pimpinan Sindhu Radhakrishna dari National Institute of Advanced Studies, Bangalore, India, para peneliti terutama memperhatikan sikap para petani terhadap macaque dan bagaimana mereka memperlakukannya terkait status khusus monyet itu.

Selama enam bulan mereka mewawancara para petani yang tinggal di daerah Bilaspur, pegunungan Himalaya, negara bagian Himachal Pradeshin, India utara.

Para petani ditanyakan skala kerusakan tanaman yang disebabkan binatang dan memperingkat ancaman binatang terhadap kehidupan mereka, kemudian dibandingkan dengan ancaman lain seperti banjir dan wabah hama.