Ketika empat ekor simpanse menangkap seekor rusa duiker dan mempermainkannya, pada mulanya Anda mungkin berpikir mereka akan memeliharanya.
Mereka bergumul dengannya tetapi pada akhirnya rusa tersebut mati. Permainan para simpanse terlalu kasar dan bangkai rusa tersebut terus dijadikan bahan permainan selama 30 menit kemudian.
Ini adalah kasus khusus. Duiker bukanlah "binatang peliharaan" seperti yang kita kenal.
Binatang tidak memelihara sesama binatang. Anda tidak akan melihat seekor simpanse membawa jalan-jalan seekor anjing atau seekor gajah memelihara kura-kura sebagai teman.
Sementara manusia membuat binatang menjadi bagian dari keluarga. Pertanyaannya mengapa demikian?
Ribuan tahun lalu
Masih belum jelas sudah berapa lama binatang dipelihara.
Kita mengetahui, ribuan tahun yang lalu, nenek-moyang kita kemungkinan besar memelihara serigala.
Mereka menangkap binatang itu saat masih kecil, mendomestikasi mereka dan menemukan serigala berguna saat manusia berburu.
Mereka kemudian menjadi teman yang lebih jinak dan berevolusi menjadi anjing. Hal terjadi kemungkinan sekitar 27.000 tahun lalu menurut sebuah kajian yang diterbitkan pada Mei 2015.
Sejak saat itu, manusia memelihara anjing di sekitarnya dan kemudian menjadi bagian dari banyak kebudayaan.
Ini mungkin saja aneh mengingat biayanya cukup besar.
Binatang peliharaan harus diberi makan, kesehatan mereka diperhatikan dan kita juga harus menyediakan tempat tinggal.
Meskipun jelas mereka menjadi teman, memelihara binatang memakan waktu dan seringkali pemeliharaan terjadi hanya satu arah, kecuali anjing penjaga.
Keturunan Anda kemungkinan akan menopang kehidupan Anda.
Memelihara kerabat dekat sekarang dianggap masuk akal jika dilihat dari sudut pandang evolusi. Mereka memiliki gen yang sama sehingga memastikan kelangsungan hidup mereka membantu kelangsungan gen kita.
Berbeda kasusnya dengan anjing, kucing dan tikus peliharaan.
Anda tidak bisa mengharapkan binatang peliharaan memberikan sesuatu yang kasat mata. Tetapi jutaan orang memelihara mereka dan memperlakukannya sebagai bagian tidak terpisahkan dari keluarga.
!break!Kesehatan jiwa?
Selama puluhan tahun binatang piaraan dipandang memberikan keuntungan kesehatan, seperti peningkatan kesehatan kejiwaan dan bahkan membuat orang hidup lebih lama.
Padahal bukti yang ada justru bertentangan, sementara sejumlah penelitian menunjukkan binatang peliharaan memang meningkatkan sejumlah aspek kesehatan, akhir-akhir ini ditemukan hal-hal yang justru kontradiktif.
Sebagai contoh, penelitian mengungkapkan pemelihara binatang cenderung memiliki masalah kesehatan jiwa dan menderita peningkatan depresi, dibandingkan orang-orang yang tidak memelihara binatang.
Kajian lain mengisyaratkan kebahagian pemilik binatang tidak lebih besar dibandingkan yang tidak memilikinya.
Meskipun keuntungan kesehatan tersebut telah banyak dipertanyakan dalam beberapa tahun terakhir, media tetap saja melaporkannya, kata John Bradshaw dari School of Veterinary Sciences, Universitas Bristol, Inggris.
"Orang tidak hidup lebih lama karena memelihara binatang. Pemikiran tersebut sekarang sudah tidak diterima."
!break!Isyarat kekayaan
Teori lain mengisyaratkan memiliki binatang peliharaan seperti anjing kemungkinan suatu "isyarat sejujurnya" tentang kekayaan seseorang.
Memelihara binatang menunjukkan pemiliknya mempunyai sumber daya yang cukup untuk binatangnya, selain untuk dirinya sendiri.
"Terdapat banyak catatan sejarah dan kebudayaan tentang bagaimana kita mengungkapkan keinginan memelihara binatang, tetapi pada dasarnya ini adalah naluri manusia yang digunakan sebagai isyarat langsung kemampuan memelihara binatang," kata Bradshaw.
James Serpell, profesor Etika dan Kesejahteraan Binatang di University of Pennsylvania, melangkah lebih jauh dan mengatakan masih terdapat keuntungan secara evolusi.
Karena kita spesies yang suka bergaul, katanya, kita selalu berusaha berhubungan dengan pihak lain, termasuk dengan binatang peliharaan.
"Manusia yang kekurangan dukungan masyarakat lebih peka terhadap penyakit dan infeksi," kata Serpell.
Meskipun demikian dia mengakui sulit untuk membuktikannya, dan seperti yang kita saksikan sendiri, hasilnya tidak konsisten.
!break!Kebudayaan
Kebudayaan juga memainkan peran.
Tidak semua masyarakat memiliki binatang peliharaan seperti yang kita kenal.
Analisis lintas budaya 60 negara menemukan 52 di antaranya memelihara anjing, tetapi binatang dipandang sebagai teman atau peliharaan hanya pada 22 negara.
Sejumlah kebudayaan yang memiliki binatang peliharaan memperlakukan mereka dengan kejam, demikian ditemukan antropolog Jared Diamond pada sebuah suku di New Guinea.
Sementara itu, suku Kiembu di Kenya memelihara anjing hanya sebagai pelindung. Mereka bahkan tidak memiliki kata "binatang peliharaan" dalam bahasa mereka.
Anjing tidak pernah dipeluk atau dibiarkan masuk ke dalam rumah.
Harold Herzog dari Western Carolina University, AS, mengatakan pemeliharaan binatang benar-benar suatu gejala budaya.
Kita memelihara binatang karena orang lain melakukannya, karena ini suatu "penularan sosial", kata Herzog pada konferensi Association for Psychological Science di New York.
Memang sulit memutuskan secara tepat mengapa manusia memelihara binatang. Kemungkinan kombinasi dari sejumlah hal.