Pemimpin Dunia Berjanji Memulihkan Ekosistem di COP26, Mungkinkah?

By Ricky Jenihansen, Selasa, 16 November 2021 | 14:00 WIB
Restorasi tanpa mempertimbangkan pemilik tanah, adat istiadat setempat berisiko gagal. (Mariana Y. Peday / Universitas Hasanudin)

Penanaman pohon bukanlah alternatif untuk mengakhiri pembakaran bahan bakar fosil. Tetapi seiring dengan dengan berkurangnya deforestasi, restorasi dapat menarik karbon keluar dari atmosfer sekaligus memberi manfaat bagi keanekaragaman hayati, ketahanan pangan, dan mata pencaharian.

Banyak proyek restorasi lanskap tidak dimulai dengan baik, sehingga tidak dapat memberi dampak positif jangka panjang. Tidak hanya sesederhana menanam anakan dan membiarkan alam mengambil alih. Apakah tanah terganggu dengan hewan? Seberapa terkikis atau kekurangan nutrisi tanah? Apa sebenarnya tujuan Anda untuk proyek restorasi tertentu? Dan, terutama di daerah tropis yang sangat beragam, apakah Anda memilih spesies pohon yang benar?

Menjawab pertanyaan yang sering diabaikan ini dapat menjadi perbedaan antara proyek restorasi yang berhasil dan yang gagal. Pedoman baru yang dikembangkan oleh para ilmuwan di Alliance of Bioversity International dan CIAT (dan rekan-rekan di seluruh dunia) dapat membantu hal tersebut.

Baca Juga: Lebih dari Perkiraan, Ternyata Paus Adalah Insinyur Penting Ekosistem

Negara-negara di dunia berjanji untuk memulihkan ekosistem (Karwai Tang)

The Diversity for Restoration (D4R) adalah pedoman survei lima parameter langsung yang menyesuaikan pilihan spesies pohon dan sumber benih dengan lokasi, tujuan, dan kondisi lingkungan lokal di hutan tropis. Awalnya dirancang untuk hutan kering Kolombia, pedoman ini sekarang berfungsi untuk Peru, Ekuador, Burkina Faso, dan Kamerun. Deskripsi temuan ini diterbitkan dalam Journal of Applied Ecology.

Chris Kettle, ilmuwan dan rekan penulis Alliance mengatakan, pemerintah di banyak negara mengumumkan rencana besar tentang penanaman pohon tetapi mereka tidak selalu dapat melaksanakan rencana ini secara efektif. "Pedoman D4R memfasilitasi pengambilan keputusan di lapangan yang tidak dapat disediakan oleh perangkat berbasis satelit yang, meskipun sangat berguna untuk pengelolaan lahan dan pemantauan hutan, tidak memberikan informasi yang diperlukan untuk memastikan bahwa spesies pohon yang dipilih sesuai dengan kondisi situs lokal dan tujuan restorasi yang diajukan oleh inisiatif restorasi, dengan mempertimbangkan pertimbangan budaya, politik dan lingkungan setempat," kata Kettle dalam rilis yang diterima eurekalert.

D4R bukan hanya panduan untuk aspek teknis restorasi. Yang terpenting, hal ini membuat calon pemulih lanskap memikirkan lebih dari sekadar aspek biofisik restorasi. Salah satu alasan mengapa proyek restorasi tidak selalu efektif adalah karena proyek tersebut tidak selalu mempertimbangkan pemilik tanah, adat istiadat setempat, dan tujuan khusus restorasi.

Baca Juga: Pengaruh Sampah Plastik Terhadap Perubahan Suhu Pantai dan Ekosistem

Bahkan jika para pemimpin memenuhi janji yang mereka buat di Glasgow, suhu akan naik lebih dari 2 derajat Celcius. (Picture Alliance)

Kecuali jika tujuannya adalah restorasi ekosistem "alami" melalui perbanyakan spesies pohon asli di lahan yang bebas dari manusia dan ternak. Idealnya itu memang dilakukan dari benih yang dibawa oleh kelelawar, burung, dan mamalia kecil dari cagar alam besar yang berdekatan denga proyek restorasi, tapi ini memerlukan perencanaan yang cermat, pelaksanaan dan pemantauan.

"Jika donor luar datang dengan rencana untuk menanam pohon, dan pilihan jenis pohon tidak sesuai dengan minat masyarakat setempat, maka ada risiko tinggi bahwa proyek tersebut akan ditinggalkan dan gagal," kata Evert Thomas, rekan penulis.

"Panduan ini tidak hanya mempertimbangkan pemilihan spesies yang tepat berdasarkan apa yang mungkin terjadi di suatu tempat, dengan mempertimbangkan perubahan iklim, sifat fungsional, genetika, dan apa yang Anda miliki. Tetapi alat ini melakukan ini dengan cara di mana pemangku kepentingan lokal dapat fokus pada tujuan mereka."

Baca Juga: Ancaman Kota-kota Pesisir dan Upaya Pelestarian Ekosistem Mangrove