Sentinel-1A telah memainkan peran penting dalam membantu ilmuwan memahami penyebab bencana gempa di Nepal.
Sensor-sensor lainnya akan berfokus pada lautan dan atmosfir.
Rencananya adalah untuk memiliki dua dari setiap satelit atau sensor mengorbit pada waktu bersamaan.
Oleh karena itu Sentinel-2B akan diluncurkan antara Oktober-Desember tahun depan.
Dengan mengirimkan pesawat ruang angkasa berpasangan, pengendali dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mengunjungi kembali lokasi tertentu. Dan itu penting bagi kamera berwarna pada Sentinel-2 karena ia tidak dapat melihat melalui awan.
Terobosan teknologi
Kembali ke lokasi dengan cepat meningkatkan kemungkinan mendapatkan tampilan Bumi secara jelas.
"Dengan dua satelit, mereka bisa mengorbit di atas khatulistiwa setiap lima hari, dan pada pertengahan garis lintang - seperti di atas Prancis dan Inggris – mereka bisa mengorbit setiap tiga hari," kata manajer proyek Sentinel-2 dari ESA, Francois Spoto.
"Ini adalah waktu yang kunjungan sangat sering dibandingkan dengan sensor-sensor yang mengorbit saat ini. Dan di band spektral, kami juga memiliki satu yang memungkinkan kita menghapus awan ringan seperti cirrus."
Kedua satelit Sentinel-2 dibuat oleh sebuah gabungan lebih dari 40 perusahaan Eropa yang dipimpin oleh Airbus Defence and Space.
"Sentinel-2 memiliki sejumlah terobosan teknologi," kata eksekutif Airbus Dr Mike Menking.
"Peralatannya termasuk gabungan struktur monolitik silikon karbida terbesar yang pernah direkayasa pada saat ini, dan juga sistem kendali sistem orbit yang sangat tepat yang memastikan foto-foto berkualitas tinggi," katanya kepada BBC News.
Sentinel-2A dilengkapi dengan laser untuk mengirim ke Bumi gambar-gambar yang diambilnya dengan kecepatan tinggi.