Pesawat antariksa utama untuk program pengamatan Bumi milik Eropa seharga miliaran euro telah diluncurkan.
Satelit yang bernama Sentinel-2A itu diluncurkan dengan roket Vega dari wilayah Kourou di Guyana Prancis.
Misi itu bertujuan mengambil foto-foto permukaan planet dalam cahaya jelas dan infrared.
Data satelit itu akan merekam semua kejadian seperti pertumbuhan kota-kota besar hingga dampak kerusakan bencana alam seperti gempa bumi.
Namun Sentinel-2A juga akan memiliki peran khusus dalam pemantauan kinerja tanaman pangan dunia.
Sensor kameranya telah dirancang untuk mendeteksi panjang gelombang cahaya spesifik yang menunjukkan kesehatan tanaman.
Keamanan pangan
Informasi itu kemudian digunakan untuk memperingatkan lembaga-lembaga pertanian dan makanan internasional bila terjadi panen yang buruk dan adanya potensi kelaparan.
"Kami memiliki 13 band spektral termasuk empat yang disebut 'tepi merah' di mana tanaman, dan klorofil misalnya, memantulkan cahaya - dan ini menunjukkan aktivitas tanaman," jelas Profesor Volker Liebig, direktur observasi Bumi di European Space Agency (ESA).
"Hal ini sangat penting untuk memantau makanan dan, bagi saya, aplikasinya untuk keamanan pangan akan menjadi salah satu kegunaan paling penting Sentinel-2.
"Ini akan membantu Program Pangan Dunia (WFP) memprediksi panen buruk, dan mengurangi, katakanlah, spekulasi pasar pangan dunia, yang berdampak Sentinel-2A dikabarkan berpisah dari Vega kurang dari sejam kemudian, dengan pemegang kendali di Jerman kemudian mengkonfirmasi pesawat antariksa itu sukses meluncur.
!break!Gerakan tanah
Sentinel diharapkan akan mulai beroperasi dalam waktu tiga atau empat bulan, setelah diperiksa ulang dan peralatannya sudah dikalibrasi.
Sentinel-2A adalah satu dari enam jenis sensor yang akan diluncurkan dalam beberapa tahun ke depan oleh Uni Eropa sebagai bagian dari proyek Copernicus.
Tetapi mengingat penekanan yang diberikan terhadap pencitraan optik pada observasi Bumi, Sentinel-2 bisa dianggap sebagai platform utama dalam seri tersebut.
Yang pertama diluncurkan sebenarnya adalah sebuah satelit radar. Sentinel-1A diluncurkan pada April 2014 dan dikhususkan bagi deteksi di gerakan tanah.
Sentinel-1A telah memainkan peran penting dalam membantu ilmuwan memahami penyebab bencana gempa di Nepal.
Sensor-sensor lainnya akan berfokus pada lautan dan atmosfir.
Rencananya adalah untuk memiliki dua dari setiap satelit atau sensor mengorbit pada waktu bersamaan.
Oleh karena itu Sentinel-2B akan diluncurkan antara Oktober-Desember tahun depan.
Dengan mengirimkan pesawat ruang angkasa berpasangan, pengendali dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mengunjungi kembali lokasi tertentu. Dan itu penting bagi kamera berwarna pada Sentinel-2 karena ia tidak dapat melihat melalui awan.
!break!Terobosan teknologi
Kembali ke lokasi dengan cepat meningkatkan kemungkinan mendapatkan tampilan Bumi secara jelas.
"Dengan dua satelit, mereka bisa mengorbit di atas khatulistiwa setiap lima hari, dan pada pertengahan garis lintang - seperti di atas Prancis dan Inggris – mereka bisa mengorbit setiap tiga hari," kata manajer proyek Sentinel-2 dari ESA, Francois Spoto.
"Ini adalah waktu yang kunjungan sangat sering dibandingkan dengan sensor-sensor yang mengorbit saat ini. Dan di band spektral, kami juga memiliki satu yang memungkinkan kita menghapus awan ringan seperti cirrus."
Kedua satelit Sentinel-2 dibuat oleh sebuah gabungan lebih dari 40 perusahaan Eropa yang dipimpin oleh Airbus Defence and Space.
"Sentinel-2 memiliki sejumlah terobosan teknologi," kata eksekutif Airbus Dr Mike Menking.
"Peralatannya termasuk gabungan struktur monolitik silikon karbida terbesar yang pernah direkayasa pada saat ini, dan juga sistem kendali sistem orbit yang sangat tepat yang memastikan foto-foto berkualitas tinggi," katanya kepada BBC News.
Sentinel-2A dilengkapi dengan laser untuk mengirim ke Bumi gambar-gambar yang diambilnya dengan kecepatan tinggi.