Rencana Revitalisasi Dikhawatirkan Hilangkan Keunikan Pelabuhan Kuno Sunda Kelapa

By , Rabu, 1 Juli 2015 | 13:00 WIB

Keunikan Pelabuhan Sunda Kelapa terancam hilang menyusul rencana pemerintah merevitalisasi kawasan bersejarah itu. Dengan dana sekitar Rp 500 miliar, pihak Pelabuhan Indonesia II berencana menambahkan beberapa crane modern di pelabuhan yang "melahirkan" kota Jakarta ini.

Rencana itu meresahkan warga yang tinggal di sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa dan para pegiat pelestarian kawasan cagar budaya. "Sunda Kelapa bukan pelabuhan biasa. Ini merupakan cikal bakal kota Jakarta. Sebelum kolonialisme Portugis dan Belanda, Sunda Kelapa sudah ada," tutur Mansyur Amin, warga Kampung Luar Batang yang merupakan Ketua Sunda Kelapa Heritage, Kamis (25/6).

Menurut Mansyur, pemerintah seharusnya merevitalisasi Sunda Kelapa dengan mempertahankan keunikan pelabuhan itu. Adanya peralatan modern di Sunda Kelapa dipastikan akan merusak nuansa dan nilai sejarah pelabuhan yang sudah ada sejak abad ke-12 itu, masa ketika Kerajaan Pajajaran berkuasa.

Meskipun kondisi Sunda Kelapa saat ini kumuh dan kurang tertata, pelabuhan rakyat ini sering dikunjungi wisatawan, baik asing maupun lokal. Para penghobi fotografi juga kerap menyambangi pelabuhan ini untuk mengabadikan gambar-gambar eksotis dari kapal-kapal kayu yang bersandar.

Mereka yang berkunjung ke Pelabuhan Sunda Kelapa datang untuk melihat kapal-kapal layar yang terbuat dari kayu atau sering disalahsebutkan sebagai kapal pinisi. Kapal semacam ini semakin jarang digunakan sebagai angkutan pelayaran antarpulau dan jarang diproduksi karena ketiadaan kayu ulin sebagai bahan pembuat kapal.

Di pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta. kapal-kapal kayu masih digunakan sebagai alat transportasi untuk mengangkut barang ke luar Jakarta. (Muhammad Safei/Fotokita.net)

!break!

Pemandangan unik lain di pelabuhan yang pernah menjadi pelabuhan pelayaran antarbangsa yang dulu dikembangkan Portugis ini adalah masih adanya cara bongkar muat barang menggunakan kuli panggul.

Para kuli tersebut menaikkan dan menurunkan muatan dengan cara meniti papan kayu panjang yang membentang dari atas kapal ke dermaga.

"Pemandangan semacam itu sangat menarik dan sudah jarang ada," kata Rahmat Wasesa, penghobi fotografi. Ia pernah beberapa kali membawa teman dari luar negeri untuk memotret di Pelabuhan Sunda Kelapa.

Pekerja-pekerja pelabuhan menurunkan terigu yang baru tiba di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, pada awal Juli lalu. Terigu digunakan untuk bahan baku berbagai produk makanan olahan, misalnya mie instan. (Gloria Samantha/National Geographic Indonesia)

Selain kapal layar serta tradisi bongkar muat barang, di Pelabuhan Sunda Kelapa juga bisa ditemukan warga yang menyisir kawasan pelabuhan menggunakan sampan. Selain untuk mencari ikan, sampan juga digunakan untuk membawa wisatawan yang ingin berkeliling kawasan tersebut.

Hingga sekarang, kata Mansyur, warga belum tahu seperti apa rencana induk revitalisasi pelabuhan tersebut. Namun, mereka berharap agar Pelabuhan Sunda Kelapa tetap dikembangkan sebagai pelabuhan rakyat yang mempertahankan ciri tradisional.

"Selain dikembangkan sebagai pelabuhan rakyat, Sunda Kelapa seharusnya juga dikembangkan sebagai pelabuhan wisata," ujarnya. Selama ini turis kesulitan untuk mencapai pelabuhan itu. Mereka yang berjalan kaki rawan mengalami kecelakaan karena minimnya trotoar. Sarana kamar mandi umum serta tempat berteduh bagi wisatawan juga tidak ada.