Pelajaran dari Kebakaran Hutan di Afdeeling Mojokerto 1891-1925

By Galih Pranata, Kamis, 18 November 2021 | 11:00 WIB
Hutan yang dibakar oleh perusahaan perkebunan pemerintah Hindia-Belanda, kemudian dilakukan reboisasi. (KITLV)

Selain itu, kurang lebih dari seribu hektar hutan milik pemerintah terbakar. Kejadian ini dilaporkan oleh Residen Surabaya kepada Gubernur Jenderal Hindia-Belanda di Bogor. Wilayah Sukosari ini termasuk dalam Onderdistrik (sekarang kecamatan) Trawas, Mojokerto.

Selepas kebakaran hebat pada 1981, hutan di Pegunungan Arjuno juga terbakar. Hutan ini berada di Penanggungan, Welirang, dan Anjasmoro. "Api yang berkobar selama empat hari pada bulan November 1905 membuat hutan rusak berat," lanjutnya.

Kejadian ini juga diinformasikan oleh Residen Surabaya bahwa kebakaran hutan telah terjadi di Onderdistrik Gondang, Pacet, dan Trawas dari Distrik Jabung, Afdeeling Mojokerto. Disebutkan bahwa sekitar seribu bouws bosch (bangunan yang ada di hutan) yang berdiri di lereng Gunung Penanggungan, Welirang, dan Anjasmoro, terbakar habis.

Pada tahun 1925, kasus kebakaran hutan kembali terjadi di wilayah hutan yang sama. Wilayah hutan yang terbakar berada di dua gunung, yaitu Welirang dan Anjasmoro di perbatasan Karesidenan Surabaya dan Pasuruan.

Baca Juga: Empat Rusa Timor Hasil Konservasi Dilepasliarkan di Hutan Mojokerto

"Kebakaran berada di hutan dan sebagian besar ladang dengan rumput dan tanaman yang sangat mudah terbakar. Kebakaran ini dianggap paling hebat dalam sejarah kebakaran hutan di Mojokerto. Sekitar 7000 Ha (Tujuh ribu hektar) hutan hancur akibat kebakaran ini," sambungnya.

Berdasarkan laporan dari Djawatan Kehoetanan Federaal yang berjudul Kebakaran Hoetan, diterbitkan pada tahun 1941, kebakaran hutan umumnya terjadi karena kecerobohan. "Kebakaran hoetan jang ta’ perloe itoe biasanja terdjadi karena bermain-main api atau karena koerang hati-hati," tulisnya.

"Atjap kali terdjadi anak-anak gembala atau orang dewasa oentoek periang-riangkan hatinja, dibakarnja apa-apa ditepi hoetan. Ketika api telah besar dan merambat kesana-kemari, ia ta’ koeasa lagi memadamkan," tambahnya.

"Ada kalanja djoega terjdadi kebakaran besar, karena orang-orang jang memasak ditegalan. Sesoedah memasak loepa ia memadamkan api dan iapoen pergi. Sepeninggalnja api menjala dan ta’ dapat dipadamkan lagi," imbuhnya. 

"Ada poela karena koeli-koeli djalan, sebab malasnja merambah semak-semak ditepi djalan itoe, laloe dibakarnja sadja. Api itoe merambat kesana-kemari, kemoedian djadi kebakaran besar," pungkasnya.

Baca Juga: 9 Alasan Mengapa Perubahan Iklim Memicu Kebakaran di Berbagai Negara

Halaman berikutnya...