Naiknya Emisi Karbon Global, Siapa yang Harus Bertanggung Jawab?

By , Minggu, 12 Juli 2015 | 13:30 WIB

India tidak akan mengumumkan tahun target untuk puncak emisi karbon mereka, kata menteri lingkungan hidup kepada BBC.

Prakash Javadekar mengatakan Delhi akan mengajukan rencana penurunan emisi kepada PBB, namun tidak akan menyertakan waktu kapan target tersebut akan dicapai.

Pernyataan itu disampaikan dua hari, setelah Cina menyampaikan target penurunan emisi karbon mereka yang akan mencapai puncaknya pada 2030 kepada PBB.

India merupakan negara penghasil emisi karbon terbesar ketiga di dunia, setelah Cina dan Amerika Serikat.

Para ilmuwan mengatakan emisi karbon global diperlukan untuk sampai puncaknya dan kemudian diturunkan dengan cepat, jika dunia ingin menghindari bencana perubahan iklim

“Dunia tidak mengharapkan India untuk mengumumkan tahun puncaknya,” kata Prakash Javadekar, dalam sebuah wawancara ekslusif dengan BBC.

“Negara-negara lain tahu posisi India dan apa kebutuhannya [untuk berkembang] dan oleh karena itu belum ada yang menanyakan kami mengenai tahun puncak.”

"Tahun puncak" adalah ketika emisi karbon sebuah negara mencapai tingkat tertinggi sebelum kemudian menurun.

Beijing mengumumkan tahun puncaknya ketika menyerahkan rencana iklim mereka kepada konvensi iklim PBB.

AS telah berjanji untuk memotong emisi karbon mereka sebanyak 26-28% pada 2025.

Seluruh 190 lebih negara-negara pada konvensi itu diminta untuk menyerahkan rencana iklim mereka – yang dinamakan Intended Nationally Determined Contributions (INDC) – pada forum negosiasi PBB.

Lebih dari 40 negara telah menyerahkan rencana untuk menurunkan emisi karbon dan sejumlah pihak mengawasi India.

!break!

Disoroti

“Kami akan menyerahkan INDC kami dan itu akan lebih ambisius dari apa yang diharapkan dunia,” kata Javadekar.

“Beberapa pihak mencoba menekan kami, mengatakan India juga harus mengumumkan tahun puncak emisi.

“Emisi tahunan Cina per kapita mencapai hampir 20 ton sedangkan kami hanya dua ton.”

Javadekar mengatakan dokumen itu akan menunjukkan perkiraan efisiensi energi di India serta tingkat intensitas energi yang lebih rendah (energi yang digunakan per unit Produk Domestik Bruto) dibandingkan dengan negara-negara lain.

INDC itu akan memberikan gambaran kasar mengenai pemangkasan emisi karbon global dan menunjukkan apakah itu cukup untuk membatasi kenaikan suhu sebatas 2C.

Para ilmuwan mengatakan pada saat ini bumi sudah 0,8 C lebih hangat dibandingkan masa sebelum revolusi industrial.

!break!

India berargumen bahwa lebih dari 20% populasi mereka tidak memiliki akses listrik dan mempunyai untuk hak menikmati pembangunan.

Pembangkit listrik bertenaga batu bara adalah sumber emisi utama India.

Delhi mengumumkan akan melipatgandakan produksi bahan bakar ‘terkotor’ menjadi satu miliar ton per tahun dalam waktu lima tahun.

Pejabat India mengatakan sudah meluncurkan sejumlah proyek-proyek energi terbarukan termasuk tenaga surya, angin, dan air, yang bisa menghasilkan 175.000 MW listrik.

Para ahli mengatakan posisi India sangat penting bila sebuah perjanjian perubahan iklim akan disepakati di Paris tahun ini.

Sebelumnya, Delhi dan Beijing beranggapan negara-negara maju yang harus mengambil langkah pertama untuk memotong emisi karbon karena memiliki tanggung jawab sejarah.

Namun negara-negara maju itu bersikeras negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat seperti Cina dan India juga harus melakukan pemangkasan.