Menelusuri 'Rumah Kematian' di Denmark yang Dibangun 1.000 Tahun Lalu

By Hanny Nur Fadhilah, Sabtu, 20 November 2021 | 11:00 WIB
Arkeolog pertama kali menemukan 'Rumah Kematian' di Denmark pada tahun 2012 berisi tiga kuburan terpisah.Dalam makam utama, tim menemukan jasad seorang lelaki dan perempuan yang dianggap sebagai 'pasangan bangsawan'. (Silkeborg Museum)

Orang-orang di seluruh Eropa takut pada jenis kapak ini, yang pada saat itu dikenal sebagai Dane Axe—sesuatu seperti 'senapan mesin' dari Zaman Viking.' Namun yang paling menarik adalah koin dan bejana tanah liat yang ditemukan di Rumah Kematian tersebut.

Para ahli mengatakan bahwa pot tanah liat dan koin perak mengingatkan orang-orang dari Asia Selatan dan Tengah, mengisyaratkan seberapa baik perjalanan Viking ini.

“Kami juga menemukan keramik Baltik dalam bentuk wadah tanah liat dan koin perak dari tempat yang sekarang disebut Afganistan, jadi penghuninya pasti cukup internasional,” sambung Nielsen.

Para ahli percaya bahwa keramik yang ditemukan di makam berasal dari Asia, menyoroti sejauh mana perjalanan Viking. (Silkeborg Museum)

Para peneliti percaya artefak itu mungkin berasal dari Asia Tengah, yang bisa diperoleh melalui perdagangan dengan pemukim di wilayah tersebut, atau melalui penggerebekan di tanah sekitar Laut Kaspia.

Baca Juga: Bluetooth Berasal dari Nama Raja Viking yang Mati Seribu Tahun Lalu

Sementara sisa-sisa penaklukan Viking terlihat jelas di Inggris dan Eropa utara. Hal ini ditunjukkan dengan mereka yang melakukan perjalanan jauh hingga mencapai Amerika Utara, sebuah wilayah yang oleh Viking disebut Vinland.

Para ahli mengidentifikasi makam tempat mereka berbaring sebagai 'dødehuse', sejenis makam khusus yang diterjemahkan menjadi 'rumah kematian'. (Silkeborg Museum)

Alasan ekspansi mereka, termasuk berdagang, merampok, dan membuat pemukiman baru masih menjadi perdebatan. Akan tetapi, para ahli percaya hal itu mungkin didorong oleh kebutuhan akan makanan, pembukaan rute perdagangan baru ke tanah Islam dan bahkan kebutuhan akan wanita untuk melawan selektivitas mereka terhadap anak laki-laki.