Burung dan dinosaurus
“Sangat penting bagi kita untuk memahami keberagaman jenis archosauriforms sebelum dan sesudah era kepunahan massal,” kata Bernardi kepada BBC Earth.
“Makhluk ini tidak hanya bisa bertahan, tapi juga berkembang dan berpencar selama atau setelah era kepunahan massal tersebut,” tambahnya.
Ia menegaskan seandainya saja archosauriform ikut punah, kita tidak pernah melihat burung-burung terbang di udara dan buku-buku palaentologi tidak akan pernah memasukkan jenis binatang bernama dinosaurus.
Itu karena semua burung yang ada saat ini adalah keturunan dinosaurus, mirip burung yang lazim disebut theropod.
Bernardi dan rekan-rekannya juga menemukan bahwa archosauriform, baik sebelum dan sesudah kepunahan massal, hidup di dataran rendah.
Ketika melakukan penelitian di taman geologi Bletterbach di Italia, Bernardi dan timnya menemukan beberapa jejak kaki baru.
!break!Faktor keberuntungan?
“Kami menyimpulkan bahwa jejak-jejak ini milik archosauriforms dengan bentuk anatomi yang jauh lebih maju,” jelas Bernardi.
“Dari bentuknya bisa kami katakan bahwa pemilik jejak kaki adalah archosauriform yang biasa ditemukan pada zaman Triassic, sekitar 10 juta tahun (setelah era Permian).”
Kesimpulan Bernardi dan timnya berarti, titik masa di mana archosauriforms berkembang menjadi beberapa variasi jauh lebih tua.
Analisis yang dimuat di jurnal ilmiah PLos One mengajukan teori bahwa archosauriform berkembang pesat selama kepunahan massal, bukan setelahnya.
Ini sendiri sangat menarik, kata Bernardi, karena masih ada debat seru tentang dampak langsung kepunahan massal, terutama bagi makhluk yang hidup di permukaan Bumi.
Mungkin saja fitur-fitur maju pada binatang ini membuatnya bertahan.
Atau mungkin juga karena “faktor keberuntungan” kata Bernardi.