Hal ini mengisyaratkan Himalaya adalah tempat tinggal beruang yang belum diketahui, hibrida dari beruang salju kuno dan beruang coklat.
"Jika beruang ini tersebar luas di Himalaya, mereka kemungkinan menjadi dasar biologis legenda Yeti," tulis tim tersebut.
Meskipun demikian pernyataan ini kemudian dipertanyakan.
"Beruang salju di Himalaya sepertinya memang suatu hal yang sangat menarik," kata Ross Barnett dari Universitas Copenhagen Denmark.
Bekerja sama dengan Ceiridwen Edwards, saat itu dari Universitas Oxford, mereka memutuskan untuk melakukan tes ulang.
Sykes dan rekannya menempatkan semua data DNA pada pusat data umum GenBank. "Sangat mudah mengunduhnya," kata Barnett.
Mereka menemukan kesalahan besar. "Tidak terdapat kepastian kecocokan terhadap beruang salju Pleistocene seperti yang mereka katakan," kata Barnett.
"Kecocokannya pada beruang salju modern, dan kecocokan nyatanya hanya sekilas."
Hal ini mengisyaratkan kesimpulan yang tidak terlalu menarik. Tidak terdapat populasi rahasia beruang salju tinggal di Himalaya.
Barnett dan Edwards menyimpulkan terjadinya kerusakan pada DNA dari rambut.
Ini memang dapat saja terjadi. Rambut adalah sumber baik DNA kuno, karena keratin memang mengesampingkan air yang merusak dari DNA, tetapi rambut dapat berkurang mutunya.
"Saya pikir saya kecewa," kata Barnett. "Temuan tidak terduga adalah hal yang orang sukai. Kenyataan bahwa kami mematahkannya memang menyedihkan, tetapi pada akhirnya yang penting adalah mendapatkan kebenaran."