Pianis Korut Ini Diinterograsi Gara-gara Memainkan Lagu Barat

By , Rabu, 8 Juli 2015 | 16:20 WIB

Pada 2001, Kim Cheol-woong duduk di depan piano untuk berlatih lagu yang ingin dia mainkan saat melamar kekasihnya.

Lagu balada sentimental berjudul A Comme Amour yang biasa dibawakan Richard Clayderman menjadi pilihan Cheol untuk memikat perempuan yang telah dia kenal sejak berusia delapan tahun dan sama-sama belajar piano.

Namun, siapa sangka lagu tersebut menjadi membahayakan Cheol-woong?

Seorang pejalan kaki yang mendengar lantunan nada lagu itu melaporkannya ke departemen keamanan negara. Tidak lama kemudian Cheol-woong dipanggil aparat Korut.

"Dimanakah pertama Anda mendengar musik itu? Apa perasaan Anda mendengar musik itu? Anda memainkan lagu itu untuk siapa?" kata Cheol-woong, menirukan pertanyaan aparat yang menginterogasinya selama berjam-jam. (Baca juga Ketahui Metode Hukuman Mati di Korea Utara)

Cheol-woong menjelaskan dia pertama mendengar lagu itu ketika belajar di Rusia. Dia menyukainya dan mengingatnya, agar bisa dia mainkan untuk pacarnya ketika pulang.

Bakatnya sebagai pianis sudah terlihat sejak kecil. Setelah dia lulus dari jurusan musik klasik dari sebuah universitas elite di Pyongyang, dia diperbolehkan melanjutkan studi ke sekolah musik bergengsi di Moskow.

Sambil duduk-duduk di kafe di ibu kota Rusia tersebut dia mendengar musik jazz untuk pertama kalinya dan langsung jatuh cinta.

Kendati demikian, aparat Korut tidak ambil pusing. Cheol-woong diharuskan menulis surat permintaan maaf sepanjang 10 halaman karena memainkan jenis musik yang salah. (Baca juga Sepenggal Kisah Menyusuri Perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan)

Agar terhindar dari hukuman yang lebih besar, Cheol-woong berupaya berkelit dengan mengaku berasal dari keluarga yang berkuasa.

Taktik itu berhasil. Namun pengalaman itu membuatnya berpikir ulang mengenai negara tempat tinggalnya.

"Ketika saya di Moskow banyak yang mengkritik Korea Utara tapi Anda merasa lebih patriotis di tanah asing. Saya berpikir, 'Apapun yang mereka katakan tidak akan mengusik saya, saya akan melakukan yang terbaik, loyal, dan melayani negara dengan kemampuan bermusik.'

"Saya mulai sadar harus melepaskan berbagai hal agar bisa hidup sebagai pianis di Korea Utara, dan merasa kecewa. Saya menderita selama tiga hari mencari keputusan untuk melarikan diri atau tidak."