Pianis Korut Ini Diinterograsi Gara-gara Memainkan Lagu Barat

By , Rabu, 8 Juli 2015 | 16:20 WIB

Pada akhirnya dia memutuskan kabur. Walaupun dia khawatir tindakan itu akan berdampak negatif pada keluarganya, dia percaya mereka akan mengerti dan mendukung keputusannya itu.

Dia meninggalkan pesan untuk pacarnya: "Jangan tunggu saya!"

Cheol-woong pun pergi dan tidak berpamitan.

"Sangat tidak mungkin membicarakan itu dengan siapapun, jadi saya bersiap-siap sendiri. Saya diberi tahu bila menyeberangi Sungai Tumen, saya bisa masuk ke dunia bebas lewat Tiongkok. Jadi saya menuju ke sungai itu. Karena saya memiliki kartu identitas Pyongyang, saya tidak ditangkap di pos pemeriksaan identitas."

Berjalan sendiri, tanpa banyak bawaan selain uang tunai sebesar US$2.000, dia tiba di sungai itu pada tengah malam.

"Saya sangat takut. Saya melihat sekeliling dan mencari cara untuk menyeberang. Lalu para anggota militer yang bersembunyi menemukan saya dan menunjukkan senjata.

"Saya mengangkat tangan tapi ingat uang tunai yang saya bawa. Saya memberikan US$2.000 itu kepada mereka. Ketika mereka menerima uang itu, mereka membantu saya menyeberang ke Tiongkok."

Cheol-woong diarahkan ke sebuah desa kecil. "Saya mengatakan kepada warga di sana, saya bisa main piano. Namun mereka berkata, 'Anda masih harus bekerja.' Jadi saya membantu bekerja di lahan pertanian. Saya juga bekerja sebagai penebang kayu di pegunungan. Masa itu sungguh berat dan sulit bagi saya. Saya lelah, lapar dan kedinginan."

Ketika bekerja di sebuah pabrik kayu dia bertemu seorang pembelot Korut lainnya yang menceritakannya tentang sebuah gereja dekat sana yang memiliki piano. Piano itu sudah tua dan tidak bekerja dengan baik, namun dia sangat gembira melihatnya.

"Ketika saya bermain piano lagi, saya menjadi sangat emosional, saya tersentuh," katanya.

Cheol-woong menjadi pianis tetap di gereja itu, memukau semua orang dengan keahliannya. Dia berpura-pura menjadi orang Korea Selatan yang tidak bisa berbahasa Tiongkok lancar.

Akhirnya, lebih dari setahun setelah meninggalkan Pyongyang, dia berhasil mendapatkan paspor Korea Selatan palsu dan terbang ke Seoul menuju kehidupan baru.