Sebagian besar dari mereka beragama Islam, meskipun ada yang masih menganut kepercayaannya leluhur yang disebut Cham Bani.
!break!Etnis Cham Melayu
Di An Giang, mereka menyebut dirinya sebagai etnis Cham Melayu. Ini tidak terlalu mengherankan, karena percampuran budaya Cham dan Melayu di daerah ini sangat terasa.
Sejak dulu banyak pendatang dari Malaysia dan Indonesia ke An Giang, ungkap Imam Besar Masjid Mubarak yang terletak di Tan Chau, Mohamad Yousuf.
"Sejak dulu banyak pendatang dari Malaysia dan Indonesia. Mereka menikah dengan orang sini, orang Cham di Vietnam," kata Yousuf.
Para pendatang dari Malaysia kemudian membangun masjid tertua di kampung ini yaitu Masjid Mubarok pada 1750.
Etnis Cham dari wilayah ini juga banyak yang meneruskan pendidikan agama melalui beasiswa dari berbagai negara, karena sarana pendidikan yang kurang di Vietnam, jelas Gazali Bin Ahmad, guru Agama di Masjid Mubarok.
"Ada yang belajar di Malaysia, Indonesia, Madinah. Anak-anak itu belajar dengan gratis, karena Muslim di Vietnam tidak memiliki uang untuk belajar, dan nanti ketika pulang mereka mengajar di kampung," jelas Gazali.
Gazali mengatakan para lulusan luar negeri itu akan mengajarkan pendidikan al Qur'an kepada anak-anak madrasah-madrasah di Vietnam.Bebas beribadah
Di An Giang, masjid Al Ehsan, tengah dipugar dengan sumbangan dari negara tetangga yang berpenduduk mayoritas Muslim.
Meski pemerintah negara ini menganut paham Komunis, dan mengontrol masyarakatnya dengan ketat, tetapi Umat Muslim di Vietnam bebas menjalankan ibadah.
Malah sebagai etnis minoritas, pemerintah Vietnam memberikan fasilitas untuk warga Cham, seperti dijelaskan oleh Dosen Fakultas Studi Oriental Universitas Social Science and Humanities Ho Chi Minch, Nguyen Thanh Tuan.