Bagaimana Bisa Mineral Baru dalam Perut Bumi Muncul ke Permukaan?

By Wawan Setiawan, Jumat, 19 November 2021 | 18:00 WIB
Ahli mineral UNLV Oliver Tschauner dan rekannya telah menemukan mineral baru yang dibawa ke permukaan bumi dalam berlian (gambar di atas). (Aaron Celestian, Los Angeles County Natural History Museum)

Nationalgeographic.co.id—Sebuah mineral baru yang berasal dari mantel bawah bumi muncul ke permukaan sebagai inklusi berlian. Mineral itu terlihat sebagai bintik gelap kecil yang sangat kecil di dalam berlian yang digali dari tambang Afrika pada tahun 1980-an.

Namun, belakangan ini, seorang ahli geokimia dari University of Nevada, Las Vegas (UNLV) telah menemukan mineral ini terjebak di dalam berlian yang anehnya berada di bagian permukaan bumi. Lalu, bagaimana mineral tersebut bisa sampai ke tempat yang tidak seharusnya ia berada?

Kalsium silikat perovskit (CaSiO3), merupakan mineral bumi yang ada di bagian dalam. Ini adalah fase paling penting secara geokimia di mantel bawah. Mineral ini memusatkan unsur-unsur yang tidak sesuai di mantel atas, termasuk unsur-unsur penghasil panas thorium dan uranium, yang memiliki waktu paruh lebih lama dari sejarah geologis Bumi. Untuk pertama kalinya, ilmuwan mempelajari mineral ini di alam.

Menurut para ilmuwan, mineral bumi interior ini melakukan perjalanan ke permukaan dari kedalaman 410 mil di dalam mantel bumi yang lebih rendah. Bayangkan, sejauh itu jarak yang sudah ia tempuh, tapi tetap menimbulkan pertanyaan, bagaimana ia bisa sampai ke permukaan?

Halaman berikutnya...

Pada umumnya, mineral seperti ini akan hancur sebelum mencapai permukaan bumi, ia tidak dapat mempertahankan strukturnya di luar lingkungan yang memiliki tekanan tinggi. Mungkin karena ia ditemukan di dalam berlian, maka kekuatan berlian tersebut yang sudah membantu mineral itu terawetkan.

Beberapa dekade yang lalu, tepatnya di Botswana melalui tambang Orapa, yaitu sebuah tambang berlian terbesar di dunia berdasarkan wilayah, berlian yang berisi mineral tersebut ditemukan.

Kemudian pada 1987, berlian itu dibeli oleh seorang ahli mineral yang berasal dari California Institute of Technology di Pasadena. Entah bagaimana prosesnya, namun, seorang ahli geokimia di UNLV, Oliver Tschauner, akhirnya mendapatkan berlian itu.

Baca Juga: Tahukah Anda Perbedaan Air Suling Dan Air Rebus , Inilah Penjelasannya

Ilustrasi seniman tentang inti bumi, inti dalam, dan inti terdalam. (Huff Post Science)

Hal yang paling mengejutkan adalah ketika berlian itu dianalisis menggunakan seperangkat alat ilmiah baru, yang digunakan untuk menganalisa struktur bagian dalam berlian, mereka menemukan sebuah senyawa kristal baru. Kristal tersebut mereka beri nama “davemaoite.” Pemberian nama ini diambil dari nama seorang ahli geofisika eksperimental terkenal Ho-Kwang “Dave” Mao, yang telah mengembangkan banyak teknik penelitian di mana teknik tersebut dipakai oleh Tschauner bersama rekan-rekannya saat ini.

“Untuk perhiasan dan pembeli, ukuran, warna, dan kejernihan berlian semuanya sangat penting, dan inklusi – bintik hitam yang mengganggu perhiasan itu – bagi kami, itu adalah hadiah. Saya pikir kami sangat terkejut. Kami tidak mengharapkan ini sebelumnya.” tutur Tschauner, yang memimpin penelitian tersebut, seperti yang dilaporkan Tech Explorist.

Kini, hasil penelitian itu telah dipublikasikan dalam jurnal Science pada 11 November 2021 dengan diberi judul Discovery of davemaoite, CaSiO3-perovskite, as a mineral from the lower mantle.

Baca Juga: Bumi Mengisap Air Laut dalam Jumlah yang Banyak, Apakah Berbahaya?

Semakin pentingnya pertambangan pada abad ke-17 dan ke-18, terutama untuk logam mulia, menyebabkan perkembangan lebih lanjut dalam ilmu geologi dan bumi. (mineral.usgs.gov)

Davemaoite telah disetujui sebagai mineral alami baru oleh Komisi Mineral Baru, Nomenklatur, dan Klasifikasi Asosiasi Mineralogi Internasional. Temuan ini semakin menambah daftar baru dari mineral yang ada.

"Davemaoite berasal antara 410 dan 560 mil di bawah permukaan bumi, dan penemuannya menyoroti hanya satu dari dua cara kita menemukan mineral bertekanan tinggi di alam: dari jauh di dalam interior bumi atau di dalam meteorit." terang Tschauner.

Pada 2014, penemuan "bridgmanite" yang juga dilakukan oleh Tschauner menyoroti metode yang terakhir.

Dia berharap bahwa penemuan lebih banyak mineral dalam jumlah yang lebih besar ada di cakrawala, yang akan memungkinkan para ilmuwan untuk memodelkan evolusi mantel bumi secara lebih rinci lagi.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Cara Membuat Mineral Untuk Mengatasi Perubahan Iklim