Mengenal Persalinan ERACS, Apa Bedanya Dengan Operasi Caesar?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 27 November 2021 | 09:00 WIB
Persalinan cara ERACS bertujuan mengurangi rasa nyeri dan mempercepat pasien yang melahirkan dapat beraktivitas normal. (Bayu Dwi Mardana)

Nationalgeographic.co.id - Manusia bukanlah spesies yang bisa melahirkan secara sendirinya seperti mamalia lainnya. Kita membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukannya, dan berkembanglah dunia persalinan seperti operasi caesar.

Metode lewat pembedahan ini muncul sebagai solusi beberapa orang yang tidak bisa melahirkan secara normal. Meski demikian, operasi caesar dapat menyebabkan rasa nyeri dan mual karena operasi yang menggunakan obat dan anestesi.

Untuk itulah, berkembang pula konsep yang lebih maju yang disebut sebagai Enhanced Recovery After Cesarean (ERACS). Tujuannya adalah mengurangi rasa nyeri, bahkan mempercepat pasien untuk bisa beraktivitas kembali dan menyamai persalinan normal.

Baca Juga: Arkeolog Temukan Patung Tentang Proses Persalinan di Zaman Mesir Kuno

"Kan operasi caesar ini berbeda dengan operasi lain. Operasi lain ketika selesai pasien diharapkan untuk istirahat. Kalau caesar kan beda—selain dia harus pemulihan diri juga harus mengurus bayinya juga," terang Dian Burhansah, dokter spesialis kandungan di OMNI Hospital Pekayon di Mothercare.

"Iya kalau suaminya membantu, kalau sibuk dan enggak ada keluarga lain yang membantu. Sang ibu kan yang harus bertanggung jawab mengurus bayi."

"Nah itu tujuan metode ERACS ini adalah pemulihan ibu ini terlibat, supaya bisa mandiri lebih cepat dan mengurus bayinya dengan cepat. Dengan goal meminimalisasi nyeri pasca-operasi, mengurangi komplikasi operasi seperti mual, muntah, dan kedinginan," lanjutnya.

Dian melanjutkan, konsep ERACS bisa diketahui dan menjadi pilihan ketika melakukan pemeriksaan kehamilan pertama kali. Perlu ada kesiapan yang matang secara fisik dan mental jika memilih cara ini. Karena, mobilisasi pasien agar bisa optimal dipercepat daripada operasi caesar biasa, yakni enam hingga delapan jam dari yang biasanya 24 jam setelah operasi.

Baca Juga: Rekor Baru, Bayi yang Lahir 132 Hari Lebih Awal Bisa Bertahan Hidup

"Goal kita, delapan jam pasien sudah bisa berjalan," ungkapnya.

"Itu yang harus dimengerti pasien sebelum mengikuti metode ERACS ini. Kan kadang-kadang masih banyak pasien yang mengeluh, sedikit pusing, ada sedikit mual, ada sedikit nyeri, lalu mereka enggak mau bergerak."

Maka, ia menambahkan, cara ini harus melibatkan semua pihak baik dokter, perawat, dan termasuk pasien yang harus terlibat secara aktif.

Ketika memeriksa kehamilan, ERACS biasanya ditawarkan dokter. Tetapi pada prosesnya, perlu ada kerjasama antara dokter dan pasien agar persalinan dan setelahnya bisa berjalan lancar. (Wikimedia Commons)

Namun, ERACS ada sedikit perbedaan dari operasi caesar biasa. Misalnya pada saat hendak melakukan persalinan, pasien diperbolehkan makan dan minum enam hingga delapan jam sebelumnya. Selanjutnya hanya dipersilahkan minum agar usus tetap aktif dan terjaga. Berbeda dengan operasi caesar biasa yang mengharuskan puasa total.

Sebagai sumber energi, biasanya dokter juga memberikan karbohidrat dalam bentuk cairan dua jam sebelum persalinan dengan cara ERACS. Tambahan lainnya juga memberi asupan gula sekitar 750 hingga 75 gram dengan air atau teh.

Baca Juga: Umeno Sumiyama dan Koume Kodama, Kembar Identik Tertua di Dunia

Asupan lainnya adalah obat penghambat mual dan muntah. Sebab, setelah persalinan, banyak pasien yang mengeluh mual dan muntah pada empat jam pertama karena adanya tambahan opioid saat operasi.

Persalinannya serupa dengan operasi caesar, terang Dian, yang berbeda adalah beberapa modifikasi yang disebutkan di atas. Tujuannya adalah mengurangi banyak manipulasi dalam operasi terhadap tubuh yang menyebabkan nyeri berlebihan, seperti mengeluarkan rahim dan dijahit di dalam.

"Itu yang kita [para dokter] hindari," ujarnya. "Kemudian mempercepat tindakan operasinya—tidak banyak memanipulasi rongga perutnya."

Ada pula saat bayi lahir, penjepitan tali pusar yang dilakukan lebih lambat sedikit dari biasanya, yakni sekitar 30 sampai 60 detik. Tujuannya, supaya aliran darah dari ibu bisa mengalir ke bayi.

Rasa nyeri dan mual memang masih akan terasa, walau tidak seperti persalinan non-ERACS. Walau targetnya dalam 24 jam pasien bisa beraktivitas seperti biasa dan mandiri, bukan berarti bisa pulang karena tergantung kemampuan.

Baca Juga: Perang Dunia, Mendorong Lahirnya Operasi Plastik dan Anestesi Modern

Dian yakin, di masa mendatang cara ERACS akan diterapkan pada semua operasi persalinan karena mengurangi komplikasi, dan waktunya yang lebih singkat. Komplikasi berkurang juga berkat dari modifikasi seperti penakaran obat bius dan jumlah dosis yang dikurangi.

"Semua pasien akan di-ERACS-kan pada waktunya karena waktu recovery-nya cepat. Semua konsep operasi apapun tujuannya agar pasien lebih cepat, dan bisa diterapkan pada kebidanan caesar," jelasnya.

Namun, perlu dicatat, ada beberapa pasien yang tidak bisa mengikuti cara ini, seperti yang memiliki risiko hipertensi dalam kehamilan dan risiko penyakit jantung. Eklamasi atau kejang pada kehamilan tidak bisa menggunakan ERACS karena akan berat ditangani dan bisa menyebabkan stres yang lebih lama karena tensinya yang tinggi.

"Ini kan ingin mendekati seperti lahir normal yang dalam beberapa jam sudah bisa jalan. Konsep ini berusaha supaya ibu yang caesar pun bisa mengurus bayinya seperti ibu-ibu yang lahir normal dan memberikan ASI-nya," Dian menerangkan. "Pengurangan rasa nyeri juga bisa membuat pasien tidak tertekan agar tidak memengaruhi ASI."