Inilah Bandara Baru Paling Spektakuler di Dunia

By , Minggu, 19 Juli 2015 | 12:00 WIB
Bandar Udara internasional Bao'an, Shenzhen, Cina (dibuka di akhir tahun 2013) (Archivio Fuksas via BBC Indonesia)

Dihiasi pola-pola sarang lebah dan dengan luas sepanjang 1,5km, terminal baru di Bao'an di Shenzhen memang dirancang untuk menyerupai bentuk ikan pari, menurut para arsiteknya di Studio Fuksas. Para arsitek terminal ini secara puitis menggambarkannya sebagai 'ikan yang bernapas dan berubah-ubah bentuk, melewati berbagai variasi dan menjelma menjadi burung untuk merayakan perasaan dan fantasi sebuah penerbangan'.

Desain ini diteruskan di bagian dalam dengan jendela-jendela segi enam di langit-langit yang memungkinkan cahaya alami masuk memantulkan bundaran-bundaran cahaya. (Archivio Fuksas)!break!

Bandar Udara internasional Chongqing Jiangbei, Chongqing, Cina (dibuka tahun 2015) 

Bandar Udara internasional Chongqing Jiangbei, Chongqing, Cina (dibuka tahun 2015) (ADPI via BBC Indonesia)

Konsorsium perusahaan yang merancang terminal baru di bandar udara internasional Jiangbei masih meneruskan kecenderungan ruang-ruang hijau di bandar udara. Dengan dua sayap yang merujuk pada dua sungai di Chongqing, struktur terminal ditempatkan di dalam sebuah taman.

Setelah selesai nanti, terminal akan dapat menerima 55 juta penumpang per tahunnya, sehingga masuk dalam 15 bandar udara terbesar di dunia. (ADPI/China Southwest Architectural Design and Research Institute Co Ltd/China Railway Eryuan Engineering Group Co Ltd)

Bandar Udara internasional Pulkovo, Rusia (dibuka tahun 2014) Grimshaw

Bandar Udara internasional Pulkovo, Rusia (dibuka tahun 2014) (Grimshaw via BBC Indonesia)

Dirancang oleh Grimshaw architects agar bisa cocok dengan iklim ekstrem di St Petersburg, terminal baru di bandar udara Pulkovo menampilkan gaya langit-langit lipat (folded ceilings) yang monumental dibungkus oleh panel-panel besi yang mengingatkan pada menara-menara gereja bersepuh di kota itu. Serangkaian zona yang berkaitan dimaksudkan untuk mencerminkan lanskap pulau dan jembatan di St Petersburg.

Terminal yang resmi dibuka pada bulan Februari 2014 ini memiliki bangunan dengan atap rata dengan struktur berlipat di bawahnya yang mendistribusikan berat dari bagian tengah untuk mendukungnya saat salju turun deras. Setelah pembangunan tahap kedua dan akhir proyek diselesaikan tahun 2015, bandar udara ini akan mampu melayani 17 juta penumpang setiap tahunnya. (Grimshaw)

Bandar Udara baru Istanbul, Turki (dibuka tahun 2019)

Bandar Udara baru Istanbul, Turki (dibuka tahun 2019) (Grimshaw via BBC Indonesia)

Grimshaw juga bertanggung jawab atas sebuah tim yang mendesain bandar udara baru dengan enam landasan pacu di Istanbul yang bertujuan untuk mengakomodasi 90 juta penumpang pertahunnya setelah bandar udara dibuka tahun 2019, sebelum meningkatkan kapasitasnya menjadi 150 juta setelah selesai seluruhnya. Menonjolkan kanopi berkubah, Terminal Satu bandar udara ini akan berada di tanah seluas hampir 100 hektar. Para arsiteknya mengatakan bandar udara ini akan menjadi 'terminal bandar udara di bawah satu atap terbesar di dunia' jika kelak selesai.

"Kami merasa terinspirasi oleh penggunaan warna dan pola lokal, kualitas cahaya, dan bagaimana cahaya menembus gedung-gedung, dan juga oleh arsitektur tradisional seperti Masjid Süleymaniye," kata Tomas Stokke, direktur Haptic, yang bekerja sama dengan Grimshaw serta Nordic Office of Architecture untuk proyek ini. (Grimshaw/Nordic Office of Architecture/Haptic)

Bandar Udara Gunung Fuji, Shizuoka, Jepang

Bandar Udara Gunung Fuji, Shizuoka, Jepang (Shigeru Ban via BBC Indonesia)

Pemenang Penghargaan Pritzker Shigeru Ban tengah merancang sebuah terminal untuk bandar udara yang berada di kaki Gunung Fuji. Diilhami oleh perkebunan teh yang mengelilingi gunung tersebut, rencananya adalah menyertakan lengkungan tong-tong kayu yang berasal dari sumber yang ramah lingkungan.

Di bagian dalam, cahaya alamiah ditebarkan oleh atas kanopi yang terbuat dari kayu laminasi yang dipelintir dengan penggunaan kisi-kisi merupakan gaya khas arsitek Jepang itu. (Shigeru Ban)