Nama-nama yang Terlupakan dalam Serangan Bom Jerman di Belanda

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 26 November 2021 | 17:00 WIB
Pengeboman Blauwburgwal, Belanda, oleh angkatan udara Jerman. Ada 79 orang luka-luka dan 44 yang tewas. Identitas orang yang tewas sempat terlupakan hingga akhirnya digali untuk dikenang. (Stadsarchief Amsterdam)

Nationalgeographic.co.id - Ketika Perang Dunia II berkecamuk, Belanda sebagai negera tetangga Jerman merupakan yang paling mudah ditaklukan. Bombardir yang dilakukan Nazi Jerman pada beberapa kota inilah yang membuatnya bertekuk lutut.

Pada 10 Mei 1940 ketika Jerman mulai menginvasi Belanda dengan mengincar Schiphol, Amsterdam dengan pengeboman. Tapi pendapat lain memperkirakan Jerman sebenarnya mengincar kantor pos lama di belakang Paleis op de dam, yang menjadi tempat pusat komunikasi tentara Belanda saat itu.

Pesawat tempur Jerman lebih awal menjatuhkan bom di Blauwburgwal yang ada di pusat kota Amsterdam. Akibatnya ada 79 orang luka-luka dan 44 orang tewas yang identitasnya tidak diketahui, yang dikenang sebagai 'het onbekende bombardement' atau pengeboman yang tidak diketahui.

Identitas 44 orang tewas ini diungkap oleh Fred Geukes Foppen ketika menyelidiki tragedi itu. Pengungkapan ini dilakukannya dalam proyek Radboud University dan Amsterdam City Archives yang dipimpin Angélique Janssens, profesor Historical Demography di universitas tersebut.

Bagi Foppen, penyelidikan ini tidak mudah. "Surat kabar di Belanda tidak menulis tentang itu. Jerman mungkin tidak ingin diketahui bahwa begitu banyak orang tewas pada hari-hari pertama perang," ujarnya dikutip dari NOS tahun 2017.

Halaman berikutnya...

"Dan beberapa hari kemudian pusat kota Rotterdam dibom total, jadi bahwa bom di Amsterdam dengan cepat meledak menghantam sekitarannya." Dia menemukan informasinya di surat kabar dari Hindia Belanda, tentang seseorang Belanda yang diwawancarai di atas kapal untuk melarikan diri.

Tak hanya nama orang-orang yang sebelumnya tidak diketahui, Foppen menemukan daftar yang luka-luka dan saksi mata pengeboman itu. Salah satu saksinya bernama Bert Biesman, seorang dokter yang memberikan pertolongan pertama.

"Dia (Bert Biesman) tinggal di sudut, lari keluar rumah. Dia kemudian pindah ke Bandung keesokan harunya dan juga pergi ke Hindia Belanda dengan kapal terakhir dari Belanda," terang Foppen dalam rilis Radbound University.

Baca Juga: Manis Diambil Sepah Dibuang: Nestapa Prajurit KNIL Maluku di Belanda

Nama-nama korban dalam serangan bom 15 Mei 1940 di Blauwburgwal, Amsterdam. (Elisabeth Nijpels/Radboud Universiteit)

"Akhirnya dia di sana (Hindia Belanda) ditawan oleh Jepang. Dia meninggal pada tahun 1944 ketika kapal yang diangkutnya ke Nagasaki—dimana dia harus bekerja sebagai tawanan perang di sebuah pabrik pesawat terbang—ditorpedo."

Sementara Janssens menerangkan para korban yang terlupakan dalam tragedi pengebomban Blauwburgwal ini diserahkan ke pemerintah setempat.

"Kami ingin menyerahkan nama-nama itu ke kotamadya dan berharap ada plakat untuk para korban. Karena 44 orang sebelumnya terlupakan begitu saja. Sekarang kami tahu nama-nama, orang-orang ini akhirnya mendapatkan wajah," katanya.

Monumen daftar nama itu kemudian dijadikan monumen di Amsterdam untuk mengenang mereka pada 11 Mei 2020. Sementara nama dan biografi singkat para korban yang terlupakan selama 80 tahun itu, diterbitkan dalam buku Bommen op de Blauwburgwal dan In Memoriam De Blauwburgwal sebagai hasil dari proyek yang dipimpin Janssens.

Bombardir yang membuat Belanda takluk

Kota Rotterdam yang luluh lantak dibombardir angkatan udara Jerman sehari sebelum Belanda menyerah. (Wikimedia Commons)

Baca Juga: Penemuan Selokan Tempat Puluhan Orang Yahudi Bersembunyi dari Nazi

Selain Amsterdam, Rotterdam yang berada di selatannya juga diserang oleh pesawat tempur Jerman pada 14 Mei 1940. Serangan kilat yang berlangsung empat hari setelah Amsterdam itu dipandang langkah tegas Jerman agar segera Belanda bertekuk lutut.

Lebih dari 30.000 rumah dan bangunan hancur yang menyebabkan 800 hingga 900 orang tewas di Rotterdam. Api menyambar dengan cepat dan bertahan lama, dan baru padam pada 16 Mei.

Pada tanggal yang sama, Den Helder, kota yang berjarak 85 kilometer di utara Amsterdam juga dibom. Kota ini adalah kawasan strategis dan memiliki bandara militer, pelabuhan angkatan laut, dan galangan kapal yang besar. Padahal sejak Agustus 1939, pertahanan perairan kota ini sudah diperketat, tapi serangan di tahun berikutnya membuatnya luluh lantak.

Melansir IsGeschiedenis, kota itu bertahan pada 14 Mei dengan tentara Belanda menghalau semua sarangan Jerman dengan memblokir pelabuhan, mengirim personil dan peralatan sebanyak mungkin ke Inggris dari Den Helder. Hingga akhirnya kota ini menyerah setelah semua yang bisa diselamatkan dibawa keluar Belanda.

Setelah Belanda menyerah pada keesokan harinya, tiga pesawat Jerman masih menjatuhkan bom di pusat kota Den Helder yang kosong. Diketahui ada 28 orang tewas, dan Jerman mengakuinya sebagai 'kesalahan pengeboman' yang seharusnya tidak dilakukan karena Belanda sudah takluk.

 Baca Juga: Saat Belanda Menguasai Hutan Jati di Blora Sekitar Tahun 1897-1942