DI restoran Oasis, budaya Belanda dan Indonesia melebur. Rijsttafel atau cara penyajian dan bersantap khas yang ditawarkan restoran ini menggambarkan perpaduan budaya tersebut. Kesan berbeda dan unik makin terasa mengingat restoran merupakan bangunan tua bekas rumah Tuan F Brandenburg van Oltsende.
Bangunan itu berarsitektur kolonial Belanda, tetapi menyimpan ratusan barang seni dari sejumlah daerah di Indonesia. Kemegahan rumah Tuan Brandenburg menggambarkan status sosial pemilik perkebunan teh, karet, dan kina itu. Bangunan yang didirikan tahun 1928 itu memiliki langit-langit sekitar 8 meter, kusen jendela dan daun pintu dari kayu jati, serta keramik hitam-putih.
Hampir semua ruangan masih asli sejak awal rumah berdiri. Hanya kamar kecil/kamar mandi yang dirombak menjadi modern tetapi tetap padu dengan bagian lain rumah ini.
Salah satu sisi yang bernilai sejarah adalah lukisan kaca patri besar yang ada di ruangan Sumatera. Lukisan kaca ini menggambarkan sosok humanis Belanda, Desiderius Erasmus (1466-1536). Gambar pada kaca dirancang oleh perancang Belanda, Robert Deppe, dan dikerjakan oleh JJR Engel di Jakarta.
"Kaca ini masih asli. Tidak kami ubah. Hanya kami tambahi lampu dari belakang agar keanggunan gambar bisa muncul. Dulu tidak perlu lampu karena belum ada bangunan bertingkat di sisi rumah ini sehingga cahaya matahari bisa memancarkan keindahan gambar pada kaca," ujar General Manager Oasis O'om Mucharam Endi.
O'om menduga, ruangan tempat kaca patri itu berada merupakan ruang makan keluarga Tuan Brandenburg.
Rumah dua lantai yang berdiri di atas lahan seluas 2.000 meter persegi itu memiliki sejumlah ruangan. Beberapa ruangan dijadikan ruang privat untuk tamu khusus yang ingin mengadakan acara sendiri. Beberapa kali restoran ini dijadikan tempat resepsi pernikahan, utamanya oleh pasangan pengantin dari mancanegara yang terbiasa hanya mengundang 100-150 orang dalam resepsi.
Ada pula ruang minum di restoran ini lengkap dengan bar. Saat ini ruang minum di Oasis dihiasi dengan puluhan topeng- topeng asli Indonesia dan disebut ruang topeng. Sebuah gong yang ada di ruang depan berasal dari abad ke-18 dan dibunyikan manakala ada tamu datang ke restoran ini.
Jadi, meski fisik rumah merupakan warisan Belanda, melangkah ke penjuru rumah ini serasa berada di museum benda seni Nusantara.
Adapun di lantai atas rumah ini terdapat satu ruangan besar. Ruangan ini menjadi tempat tidur utama dengan pemandangan menghadap ke Jalan Raden Saleh. Kini, ruangan ini juga menjadi pilihan ruang privat dan bisa disekat menjadi dua ruangan kecil.
Dengan bangunan yang masih terawat dan pengelolaan baik, Oasis mendapatkan penghargaan dari Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dalam HUT Jakarta, 22 Juni lalu. Penghargaan diberikan khususnya karena restoran ini tertib pajak, menggunakan bumbu makanan tanpa pengawet, dan berusia lebih dari 15 tahun.!break!
"Rijsttafel"
Salah satu andalan Oasis tentu saja rijsttafel. Rijsttafel merupakan cara menikmati nasi di kalangan bangsawan Belanda yang ada di Batavia tempo dulu.
Sejarawan Onghokham dalam buku Raden Saleh: Anak Belanda, Mooi Indie, dan Nasionalisme menulis bahwa romantisisme kolonial juga muncul pada hidangan rijsttafel.
"Orang Belanda di daerah koloni tak biasanya berbuat tidak ekonomis dalam hal makanan. Mereka malah menikmati makanan yang puncak klasiknya terungkap pada hidangan makan siang di Hotel Des Indes Batavia pada setiap Minggu. Ada kira-kira 30 pelayan yang menyajikan lebih kurang 60 macam hidangan pada setiap tamu," tulisnya.
Hidangan itu berupa nasi panas yang mengebul dan puluhan makanan yang hampir semuanya merupakan masakan Jawa. Ritus makan ini, menurut Onghokham, terselenggara sebagai ungkapan kekuasaan dan status.
Di Oasis, rijsttafel ditafsirkan ulang baik dari sisi penyajian maupun menunya. Menu-menu lokal dirancang bergantian setiap minggunya. Tentu jumlah makanan-minuman yang disajikan tidak sampai 60 macam, tetapi dipangkas menjadi 12 menu. Makanan terdiri dari makanan pembuka, nasi, sayur mayur, lauk, hingga penutup, lengkap dengan kopi dan teh. Seluruh menu dibawakan oleh 12 pramusaji.
Rijsttafel hanya disajikan pada waktu makan malam dan peminatnya harus memesan terlebih dahulu.
Tidak kurang dari sejumlah tamu mancanegara sempat mencicipi rijsttafel di Oasis. Beberapa di antaranya mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher, Kanselir Jerman Angela Merkel, dan Pangeran Bernhard dari Belanda. Semasa menjadi Presiden RI, Soeharto, Megawati, dan Susilo Bambang Yudhoyono juga pernah makan di Oasis. Begitu pula Joko Widodo saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Penyanyi Phil Collins juga menyempatkan singgah ke Oasis saat kedatangannya ke Jakarta untuk konser tahun 1995. Juga pesepak bola Perancis, Zinedine Zidane. "Semuanya makan rijsttafel di sini," kata O'om sambil menunjukkan dokumentasi tamu-tamu itu.