Telisik Jejak Orang Bawean di Vietnam

By , Selasa, 4 Agustus 2015 | 08:00 WIB

Ratusan orang keturunan Indonesia yang berasal dari Pulau Bawean tinggal di Ho Chi Minh, Vietnam, sejak masa pemerintah kolonial Belanda.

Tujuan mereka datang ke Vietnam berbeda-beda, ada yang merantau dan ada juga yang bekerja untuk pemerintah kolonial Perancis yang berkuasa di Vietnam.

Sebagian besar tak dapat pulang ke kampung halaman karena tidak memiliki dokumen kewarganegaraan dan tak lagi memiliki hubungan dengan kerabat di Pulau Bawean, Jawa Timur.

Warga Vietnam keturunan Indonesia ini disebut orang Bawean atau Boyan, dan sebagian besar tinggal di sekitar Masjid Al Rahim di Distrik 1 Ho Chi Minh.

Salah satunya adalah pemimpin Masjid Al Rahim, Imam Haji Ally (86 tahun) yang mengikuti kedua orang tuanya ke Ho Chi Minh pada penjajahan Belanda, ketika baru menginjak usia 11 tahun.

Haji Ally mengatakan ayahnya bekerja untuk pemerintah kolonial sebagai teknisi mesin.

"Ayah saya dulu kerja di bagian teknik pada masa penjajahan. Saya tak ingat betul berapa orang yang ikut dari Indonesia," jelas Ally dalam bahasa Melayu.

Imam Ally menjelaskan keturunan Bawean juga telah menikah dengan warga Vietnam, ataupun pindah ke Malaysia dan Singapura.

Tidak ada catatan yang pasti kapan orang Bawean pertama tiba di Vietnam. Tetapi masyarakat yang memiliki tradisi merantau ini diperkirakan pergi dari kampung halaman ketika masa pemerintahan kolonial Belanda. Selain ke Vietnam, ada juga yang ke Singapura dan Malaysia.

Ketika itu Vietnam masih berada dalam jajahan Perancis. Orang-orang Bawean di Vietnam ini kemudian membangun Masjid Al Rahim dengan menggunakan bahan bangunan dari kayu.

Salah satu masjid tertua di Vietnam itu dibangun pada 1885. Kemudian masjid mengalami beberapa perubahan bangunan dengan dana dari sumbangan donatur. Renovasi terakhir dilakukan sekitar dua tahun lalu sama sekali mengubah bentuk aslinya.

Pakar studi Vietnam, Malte Stockhof, yang pernah meneliti tentang keturunan Bawean di Ho Chi Minh mengatakan orang-orang Bawean ini pergi dari daerah asal mereka dengan alasan beragam.

"Menurut cerita mereka, keberadaan mereka di Vietnam itu karena beberapa alasan. Yang utama ialah untuk menghindari pemerintah kolonial Belanda yang represif, menjalankan tradisi merantau dan dalam perjalanan pergi haji, mereka kemudian singgah di Singapura bekerja untuk menambah ongkos ke tanah suci Mekkah, " jelas Stockhof.