Semut-Semut Tampak Sering Berciuman, Studi Ungkap Manfaatnya

By Utomo Priyambodo, Rabu, 24 November 2021 | 14:00 WIB
Ilustrasi semut-semut hitam berciuman. (Rakeshkdogra/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda melihat semut-semut hitam yang seolah sedang berciuman? Faktanya, semut-semut itu memang sedang berciuman.

Menurut sebuah peneliti terbaru, kebiasaan berciuman semut-semut hitam itu memberi dampak baik bagi kelompok spesies mereka. Menurut hasil studi baru ini, kelompok spesies semut yang disebut sebagai semut tukang kayu (Camponotus floridanus) itu saling memberikan ciuman basah untuk memastikan koloni mereka tetap bekerja seperti "mesin" sosial yang diminyaki dengan baik.

Dengan bertukar ludah, spesies semut-semut ini telah menciptakan sebuah metabolisme di seluruh koloni yang memastikan setiap individu memiliki apa yang mereka butuhkan untuk menjalankan peran mereka di masyarakat semut. Baik sebagai pemburu, perawat, ataupun ratu.

"Semut-semut memiliki dua perut. Satu untuk mencerna makanan mereka sendiri dan satu lagi yang lebih utama, "perut sosial" untuk menyimpan cairan yang mereka bagi dengan semut-semut lain di koloni mereka," jelas Adria LeBoeuf, ahli biologi evolusi dari University of Friborg di Swiss.

"Pertukaran cairan ini memungkinkan semut-semit untuk berbagi makanan dan protein penting lainnya yang dihasilkan oleh semut-semut itu sendiri," papar Leboeuf, seperti dilansir Science Alert.

Fungsi pasti dari cairan 'sosial' ini sebagian besar masih belum dipelajari. Namun sejumlah serangga sosial lainnya, seperti lalat buah, diperkirakan menggunakan air liur juga untuk menciptakan sistem sirkulasi sosial, memperdagangkan nutrisi, pertahanan kekebalan, dan hormon antara satu sama lain.

Halaman berikutnya...

Dalam studi baru yang laporannya telah terbit di jurnal eLife ini, para peneliti telah menemukan bukti bahwa cairan sosial ini dapat dikaitkan dengan peran-peran individu dalam koloni semut tukang kayu.

Para peneliti telah menganalisis semua protein yang ditemukan di perut sosial semut-semut tukang kayu. Hasilnya, mereka menemukan air liur semut-semut itu dipenuhi dengan biomarker yang berbeda tergantung pada kondisi koloni semut-semut itu.

Di 70 koloni dan 40 sampel cairan individu, para peneliti menemukan 519 protein. Sebanyak 27 protein di antaranya muncul dalam air liur di semua semut, terlepas dari siklus hidup, tahapan kehidupan, atau kondisi lingkungan koloninya. Selain 27 protein inti tersebut, sisanya cukup bervariasi.

Koloni yang lebih muda, misalnya, mengeluarkan air liur yang lebih sering diisi dengan protein-protein yang terlibat dengan pemrosesan gula yang cepat. Adapun koloni yang lebih tua mengedarkan protein-protein yang diperlukan untuk pertumbuhan, metamorfosis anak mereka, dan hidup lebih lama.

Baca Juga: Semut Neraka Berusia 99 Juta Tahun Ditemukan Saat Memburu Kecoak

Hal ini menunjukkan bahwa air liur yang ditemukan di koloni semut yang lebih dewasa bertindak seperti hormon yang mengalir di dalam tubuh. Selain itu, hormon-hormon tertentu yang ada dalam tubuh semut menentukan jenis peran yang dimainkan semuttersebut dalam koloni.

Misalnya, semut yang merawat anak ratu atau semut 'perawat', tampaknya memiliki lebih banyak protein terkait stres oksidatif dalam perut sosial mereka. Hal ini menunjukkan semut lain yang 'tanpa pamrih' meneruskan molekul yang memperpanjang hidup kepada semut perawat, yang perlu hidup lebih lama untuk membesarkan generasi berikutnya. Dengan kata lain, bebereapa semut tertentu melakukan pekerjaan metabolisme yang keras.

Temuan dari studi baru ini menunjukkan bahwa ciuman di koloni semut adalah model yang berguna untuk memahami bagaimana masyarakat hewan mungkin telah mengembangkan pembagian kerja. "Sulit untuk mengukur bagaimana kerja metabolisme dibagi antar sel-sel," kata LeBoeuf.

"Di sini, semut-semut menyebarkan hal-hal dengan cara yang kita dapat dengan mudah mengakses apa yang mereka bagikan."

Baca Juga: Pelajaran Sains Semut: Seberapa Kuat dan Tajam Gigi-gigi Semut