Nationalgeographic.co.id—Untuk pertama kalinya dalam sejarah, sejumlah simpanse liar di Afrika diketahui telah terinfeksi kusta. Dalam sebuah laporan studi tersebut, para simpanse yang terinfeksi kusta itu hidup di Guinea-Buissau dan Pantai Gading.
Laporan pracetak tersebut ditulis oleh Kimberley Hockings, seorang ahli konservasi, dan Fabian Leendertz, seorang dokter hewan satwa liar. Mereka berdua kaget sekaligus prihatin karena selama ini simpanse liar tidak pernah terinfeksi penyakit kusta.
Para ilmuwan tersebut meyakini bahwa kusta-kusta pada para simpanse liar itu tidak mungkin muncul melalui kontak manusia. Penemuan ini mungkin menunjukkan sumber kusta yang sebelumnya belum ditemukan di alam liar dan mengungkapkan informasi baru tentang penyakit tersebut.
Kusta adalah penyakit kuno, tetapi tidak diketahui kapan dan di mana pertama kali muncul atau bagaimana penyebarannya. Yang telah diketahui, penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang bernama Mycobacterium leprae. Jutaan orang di seluruh dunia pernah terkena penyakit dari bakteri ini.
Penyakit kusta dapat menimbulkan rasa malu yang mengerikan pada para penderitanya. Sebab, penyakit ini menimbulkan luka-luka seperti koreng di kulit tubuh penderitanya.
Perhatian ilmiah terhadap penyakit ini menurun karena kombinasi antibiotik telah dipakai sebagai pengobatan rutin terhadap penyakit ini sejak tahun 1980-an. Menurut Charlotte Avanzi, seorang ahli mikrobiologi di Colorado State University (CSU), Fort Collins, kompleksitas penelitian kusta telah menambah kurangnya minat penelitian terhadap penyakit ini.
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan meyakini kusta secara eksklusif hanya menginfeksi manusia. Namun, para ilmuwan telah menemukan penyakit ini pada armadillo sembilan pita di Amerika dan tupai merah di Inggris selama dua dekade terakhir.
Kedua spesies memilki sebuah genotipe bakteri yang dikenal sebagai 3I, yang telah dihubungkan dengan penyakit manusia di Eropa abad pertengahan. Infeksi kusta itu tampaknya telah menyebar dari manusia ke hewan dalam kedua kasus tersebut. Para ilmuwan juga menemukan kasus kusta yang jarang terjadi pada hewan yang dikurung, seperti simpanse.
Baca Juga: Pertama Kalinya, Simpanse Liar Terekam Sedang Masturbasi Pakai Botol
Baca Juga: Pertama Kalinya, Simpanse dan Gorila Terlihat Berperang di Alam Liar
"Ada semakin banyak bukti bahwa Mycobacterium leprae tidak terbatas hanya pada manusia, tetapi memiliki habitat berbeda yang telah berkembang," kata John Spencer, seorang ahli imunologi yang meneliti kusta di CSU, seperti dikutip dari Nature World News.
Penyakit dari manusia memang memiliki potensi untuk menyebar ke simpanse liar dan membawa efek bencana. Namun di sisi lain, Leendertz yang menemukan penyakit kusta pada simpanse liar ini percaya bahwa penularan kusta baru-baru ini dari manusia ke simpanse tidak masuk akal karena penyakit ini biasanya menyebar hanya setelah kontak intim yang terus menerus.
Selain itu, belum ada catatan kejadian kusta di antara para peneliti atau para pembantu lokal yang menemani para peneliti. Meskipun para peneliti kerap memantau simpanse liar, mereka selalu menjaga jarak setidaknya 6 meter dari hewan tersebut.
Baca Juga: Temuan Baru Buktikan Kusta Berasal dan Menyebar dari Tanah Eropa