Mengapa Asia Alami Banjir dan Kekeringan Sekaligus?

By , Sabtu, 8 Agustus 2015 | 11:00 WIB

Meteorolog di Myanmar mengatakan negaranya menerima curah hujan pada tingkat luar biasa sehingga menimbulkan banjir dan menewaskan lebih 80 orang dan menyebabkan hampir 250 ribu orang mengungsi.

Hujan dari awan musim hujan dan Topan Komen juga menewaskan lebih 100 orang dan menimbulkan kerusakan di Bengal barat, India.

Banjir di Myanmar menewaskan lebih 80 orang dan menyebabkan hampir 250 ribu orang mengungsi. (AFP/Getty via BBC Indonesia)

Gas rumah kaca

Lwin mengatakan faktor utama yang memperkuat musim hujan adalah topan tropis.

Para ilmuwan mengatakan El Nino biasanya memperlemah musim hujan, tetapi sekarang hal ini justru memperkuat topan tropis.

Banjir dan kekeringan saat ini di daerah Tenggara sebagian besar sesuai dengan keragaman alamiahnya, tetapi terjadi peningkatan intensitas.

Peningkatan intensitas ini berarti cuaca ekstrem yang, mereka katakan, disebabkan peningkatan suhu bumi.

"Panas di atmosfir dan laut meningkat dan memberikan tambahan energi pada keadaan ekstrem, sehingga bertambah intensitasnya, " kata Baddur.

Para ilmuwan memperingatkan peningkatan emisi gas rumah kaca, seperti karbondioksida, menjebak panas di atmosfir, dan laut yang menghangat menyebabkan iklim dunia berubah.

"Kami tidak bisa mengatakan apa yang terjadi di Asia Tenggara adalah pengaruh langsung perubahan iklim tetapi kita bisa mengatakan perubahan iklim akan meningkatkan keadaan ekstrem seperti itu."

Semakin ekstrem

Pejabat metereologi di Indonesia mengatakan keadaan El Nino semakin kuat.

"Jika anda melihat catatan sejak tahun 1950, hal ini semakin kuat dan indeks menunjukkan tahun ini akan menjadi yang terkuat, sampai sejauh ini," kata metereolog Indonesia, Edvin Aldrian.

Badan PBB yang laporannya menjadi dasar perundingan iklim dunia, The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), telah memperingatkan terjadinya keadaan ekstrem seperti curah hujan tinggi dalam periode yang pendek dan kekeringan yang berkepanjangan.

"Di Asia Tenggara, curah hujan hari-basah secara keseluruhan dalam setahun meningkat 22mm per dekade, sementara curah hujan pada hari hujan ekstrem meningkat 10mm per dekade," demikian isi laporan terbaru IPCC.

"Tetapi keragaman dan kecenderungan iklim sangat berbeda di kawasan dan musim," tambah laporan tersebut.