Pembantaian Cecil, singa Zimbabwe yang dilindungi, memicu kemarahan dan debat di seluruh dunia.
Tapi pada perayaan tahunan Hari Singa Sedunia, yang diadakan pada 10 Agustus, para aktivis hak-hak hewan menggunakan kisah Cecil untuk mengilustrasikan apa yang mereka sebut sebagai kenyataan tragis: Cecil adalah salah satu singa yang beruntung.
Dalam hidupnya selama 13 tahun, singa Cecil bisa berkeliaran dengan bebas di Taman Nasional Zimbabwe Hwange dan bisa berlari dengan bangga dan menghasilkan enam anak singa.
Kehidupan serupa kini menjadi semakin jarang di Afrika Selatan, kata kelompok advokasi yang berbasis di London World Animal Protection. Lebih dari dua per tiga singa-singa di negara tersebut hidup di penangkaran, kelompok tersebut memperkirakan jumlahnya sekitar 5.800 dan semakin bertambah.
Praktek yang kejam
Singa mungkin kelihatannya bahagia dan cantik atau tampan, tapi Kate Nustedt, direktur satwa liar kelompok tersebut mengatakan di balik layar, hidup mereka menyedihkan.
Organisasi tersebut mengatakan telah mendokumentasikan praktek-praktek kejam di beberapa fasilitas. Anak-anak singa diambil dari ibu mereka ketika masih sangat kecil. Lalu mereka biasanya dihukum dengan disakiti dan ditakut-takuti agar tidak agresif. Mereka biasanya disimpan di tempat yang sempit dan tidak diberi makan dengan selayaknya. Selain itu, interaksi terus-menerus dengan manusia membuat mereka stres.
Organisasi tersebut juga mengatakan mereka curiga, tapi tidak bisa membuktikan bahwa beberapa singa akhirnya ditempatkan di fasilitas perburuan, di mana mereka bisa dibunuh untuk piala.
“Ini adalah hasil dari industri yang sangat-sangat brutal," kata Nustedt pada VOA News dari London. “Ini bisnis besar yang tidak hanya berpusat pada perburuan singa, tapi juga peternakan singa, meletakkan mereka dalam penangkaran, dan digunakan untuk pariwisata. Taman singa di mana anak-anak singa ditangkar dan dibesarkan, tumbuh dua kali lipat selama 10 tahun terakhir, dan juga diyakini singa-singa ini digunakan dalam apa yang mereka sebut sebagai "perburuan kaleng," mereka dikeluarkan ke alam bebas setelah disiksa sepanjang hidup mereka dan ditembak seperti yang dialami oleh singa Cecil."
Tapi Scott Simpson, manajer salah satu taman singa terbesar di Johannesburg, Taman Singa SA, mengatakan tidak semua fasilitas melakukan hal ini.
Simpson dengan keras membantah bahwa organisasinya menjual singa-singanya untuk diburu, dan mengatakan taman singa tersebut mempunyai catatan yang baik dan menyambut baik untuk diperiksa. Ia mengatakan taman singa tersebut memperlakukan 48 singa dengan baik, tapi ia menambahkan tidak bisa mengatakan hal yang sama tentang taman singa yang lain.
“Kalau perlakukan dengan baik dan benar, hewan-hewan tersebut sama sekali tidak berada dalam tekanan, mereka sangat sehat, dan dirawat dengan baik," ukarnya. "Kami diaudit secara reguler, jadi tidak, saya pikir kalau diperlakukan dengan semestinya, para hewan tidak mengalami tekanan sama sekali. Saya pikir mungkin ada banyak semacam taman singa yang beroperasi hanya di malam hari dan taman-taman satwa liar bermunculan, dan saya tidak bisa berbicara tentang bagaimana taman-taman tersebut dikelola, dan saya yakin hewan-hewan di sana tidak semuanya dirawat dengan baik. Tapi kalau diperlakukan dengan semestinya dengan tim yang terlatih dengan baik yang termasuk ahli perilaku hewan dan dokter hewan, saya tidak merasa ada masalah."
Taman singa
World Animal Protection melihat ada masalah dengan konsep itu secara umum, dan mengatakan penyelenggara tur seharusnya tidak mendukung taman singa, wisatawan seharusnya menghindarinya dan pemerintah seharusnya melacak keberadaan taman singa seperti itu.
Dan para turis, kata Nustedt, juga punya peran penting.
“Kami ingin membangun gerakan global, karena kami melihat banyak orang yang tergerak dengan apa yang dialami oleh Cecil dan kita tahu di World Animal Protection sebagian besar orang sebenarnya sayang dengan hewan dan tidak akan ikut dalam aktivitas seperti ini kalau mereka tahu kekejaman yang terjadi di belakang layar," ujarnya.
Tapi apapun keadaannya, Hari Singa Sedunia adalah kesempatan untuk mengevaluasi keadaan singa secara umum. Menurut International Union for Conservation of Nature, populasi Afrika telah menurun 42 persen hanya dalam dua dekade terakhir.
Dan pada Hari Singa Sedunia, jelas bahwa gaya hidup Cecil, di mana hewan agung ini bebas berkeliaran di dataran Afrika, semakin hilang.