Kisah Tembok yang Memisahkan Jerman

By , Jumat, 14 Agustus 2015 | 19:00 WIB

“Dua ribu tahun yang lalu civis Romanus sum (Saya adalah warga Roma) adalah sebuah pernyataan paling membanggakan, Sekarang, di dunia yang merdeka ini, pernyataanya adalah 'Ich bin ein Berliner' (Saya adalah warga Berlin), semua orang merdeka, dimanapun mereka tinggal, adalah penduduk Berlin, maka dari itu, saya sebagai orang yang merdeka, bangga mengucapkan 'Ich bin ein Berliner!' “

Kutipan diatas merupakan bagian dari pidato terkenal yang dibacakan oleh John F. Kennedy pada tahun 1963 sebagai sebuah bentuk penentangan atas berdirinya Tembok Berlin buatan Jerman Timur yang didukung pihak – pihak komunis lainya. Tembok ini dirasa oleh banyak pihak, terutama Amerika Serikat dan sekutunya sebagai pemisah antara dunia barat dan timur, sekaligus pula “simbol” perang dingin.

Perlu diingat sebelumnya bahwa Jerman setelah Perang Dunia II berakhir, terpecah menjadi Jerman Barat yang dikuasai oleh Amerika Serikat dengan sekutunya, dan Jerman Timur yang kendalinya berada di bawah kekuasaan Soviet.

Kota Berlin yang merupakan daerah penting mengingat statusnya sebagai ibukota Jerman sejak dulu kala juga ikut terbagi menjadi dua wilayah, kedua wilayah ini terbagi menjadi Berlin Barat yang merupakan bagian dari Jerman Barat, sedangkan Berlin Timur yang dipegang oleh Soviet.

Namun terbaginya Jerman menjadi dua bagian ini tak disetujui semua orang, terutama mereka yang berada di wilayah Timur. Banyak warga Jerman Timur yang kemudian melarikan diri ke dunia Barat karena tak ingin hidup dibawah ideologi komunis yang mereka anggap membelenggu kehidupan mereka.

Akibatnya, sekitar dua juta warga Jerman Timur kemudian meninggalkan tempat tinggalnya dan pergi ke berbagai negara di wilayah barat.

Semenjak Jerman terbagi dua, diperkirakan hingga tahun 1961, ada sekitar tiga juta warga Jerman Timur yang berimigrasi ke dunia barat dengan tujuan melarikan diri dari komunisme dan mencari kehidupan yang mereka anggap lebih baik.

Sebagian besar dari mereka yang melarikan diri melalui kota Berlin, dan banyak dari mereka yang berasal dari kalangan pemuda yang notabene penggerak ekonomi. Selain itu diperkirakan sampai pada 1961 ada sekitar 1000 tenaga ahli jerman timur melarikan diri dari negaranya, seperti  dari kalangan ilmuwan, insinyur, dan kaum intelektual

Dengan kepergian banyak warganya, , kondisi perekonomian Jerman Timur menjadi buruk, sehingga pemerintah Jerman Timur merasa diperlukan sebuah langkah khusus untuk mencegah terjadinya lagi kepergian warga mereka ke dunia barat.

Atas persetujuan dari Soviet, Walter Ubricht selaku kanselir Jerman Timur kala itu memerintahkan dibuatnya langkah mengisolasi warga Jerman Timur dari dunia barat. Pada 12-13 Agustus dipasanglah kawat berduri yang memiliki panjang lebih dari 100 mil di perbatasan Berlin Timur dengan Berlin Barat.

Kawat berduri ini kemudian digantikan dengan tembok besar yang memiliki tinggi sekitar 4 m dan memiliki panjang hingga 155 km. Daerah sekitar tembok ini juga dilengkapi dengan menara penjanga yang dipersenjatai senapan otomatis.

Semenjak berdirinya tembok ini, akses menuju Berlin Barat merupakan sesuatu yang sangat dilarang oleh pemerintah Jerman Timur, memang ada sebuah izin khusus yang diberikan kepada beberapa pihak oleh pemerintah Jerman Timur, namun hal ini sangatlah jarang dilakuka

Pada 1970 tembok ini kemudian diubah tingginya menjadi 10 m karena masih banyaknya percobaan melewati tembok ini secara illegal.