Konyak, Suku Pemburu Kepala Terakhir di India dan Tradisi Tatonya

By Sysilia Tanhati, Kamis, 25 November 2021 | 11:00 WIB
Tato berhubungan dengan perburuan kepala. Setiap kali prajurit memenggal kepala, ia mendapat tato di leher. (Avantika Chaturvedi)

Nationalgeographic.co.id—Saat masih kecil, Phejin duduk di pangkuan kakeknya di depan perapian, dengan sepanci teh hitam yang mendidih. Di sanalah sang Kakek menceritakan kisahnya saat muda yang membuat Phejin terpesona. Tetapi yang paling membuatnya terpukau adalah tato hitam yang melengkung di atas mata, hidung, bibir atas dan dagu. Leher, dada, dan tubuhnya pun dipenuhi dengan bentuk dan pola geometris.

Di usia 4 tahun, ia mulai menyadari bahwa tubuh bertato milik kakeknya, sama seperti anggota suku lainnya, sangat luar biasa.  

"Semua suku akan melewati rumah kami atau menginap semalam. Semuanya memiliki tato. Saya selalu percaya bahwa tubuh bertato adalah norma," katanya.

Dan sekarang, Phejin menulis buku “The Last of Tattoed Headhunters”, mendokumentasikan tradisi tato dan ritual perburuan kepala leluhurnya. Ia berkolaborasi dengan fotografer Peter Bos untuk mengeksplorasi perubahan cara hidup dan budaya klan prajurit ini.

Konyak adalah suku kuno, tinggal di lebih dari 120 desa di negara bagian Nagaland Timur Utara di India, berbatasan dengan Myanmar.

Suku ini sangat individualistis. Mereka pernah percaya dengan cara penyelesaian perselisihan dengan berburu kepala, memenggal musuh-musuh mereka. Selain itu, Konyak juga memburu kepala binatang seperti sapi, babi hutan dan monyet.

"Selama ratusan tahun, orang-orang kami benar-benar terisolasi, bahkan dari daratan India," katanya. Perubahan dan modernitas pun kemudian menyapu wilayah Konyak dengan kecepatan yang mengkhawatirkan.

Halaman berikutnya...