Alasan di Balik Patung Firaun Akhenaten yang Tampak Seperti Alien

By Sysilia Tanhati, Jumat, 26 November 2021 | 14:00 WIB
Wajah Akhenaten, dengan ciri khas yang dilebih-lebihkan, pada karya percobaan pematung yang belum selesai dari Amarna. (The Metropolitan Museum of Art)

Nationalgeographic.co.id—Dalam sejarah Mesir Kuno, Akhenaten memiliki tempat yang sangat istimewa. Ia merupakan firaun yang paling kontroversial. Kebijakan radikalnya, reformasi agama besar, dan perubahan sosial, semuanya menyebabkan banyak ketidakstabilan di Mesir Kuno.

Pemerintahan dan perubahan yang dia lakukan adalah salah satu turbulensi besar di seluruh garis waktu peradaban kuno ini. Ini menjadi penyebab kejatuhan yang tidak dapat diperbaiki oleh penerusnya. Ia bahkan disebut sebagai firaun sesat.

Salah satu perubahan besar yang diperkenalkan Akhenaten adalah seni. Patung, ukiran, dan lukisan dari masa pemerintahannya sangat berbeda dengan sebelumnya. Figur manusia dibuat dengan proporsi yang tidak mungkin dan aneh, bahkan beberapa bagian terlihat sangat asing. Ini telah menyebabkan banyak teori unik bermunculan dari waktu ke waktu. Namun apa alasan di balik pembuatan karya seni yang ganjil ini?

Setelah kematian ayahnya Amenhotep III, dan kakak laki-lakinya Thutmose, Akhenaten muda menjadi Firaun kesepuluh dari Dinasti Kedelapan Belas. Akhenaten bukan nama aslinya, saat lahir dan naik takhta, ia bernama Amenhotep IV.

Di awal kekuasannya, ia mengikuti tradisi mapan yang diikuti oleh ayahnya juga. Tetapi setelah tahun kelima yang menentukan dalam pemerintahannya, Amenhotep IV mengalami transformasi besar. Dia secara resmi mengubah namanya menjadi Akhenaten, dan menjadi pemuja kultus Aten, mengubah kesetiaannya dari kultus Amun.

Dalam mitologi Mesir Kuno, Aten adalah piringan besar matahari, awalnya merupakan aspek lain dari Dewa Ra. Simbol Aten adalah piringan Matahari dan pancaran sinarnya. Dalam banyak hal, Aten dapat dianggap sebagai Matahari, yang dipersonifikasikan.

Halaman berikutnya...

Di masa Akhenaten, Aten, Cakram Matahari, bukanlah hal baru. Itu telah ada selama berabad-abad dan merupakan dewa kultus agama kecil dan kurang dikenal, seperti banyak lainnya. Namun, dewa agama utama pada masa Akhenaten adalah Dewa Amun. Kultus Amun adalah pemain agama (dan politik) utama di Mesir Kuno. Pendeta Amun yang kuat memegang banyak kekuasaan di negara bagian, dan pada puncaknya (selama pemerintahan Amenhotep III), kultus Amun memiliki lebih banyak tanah daripada firaun sendiri.

Ada kemungkinan bahwa Akhenaten berusaha mengekang kekuatan kultus agama besar ini dan menempatkan dirinya di atas. Sehingga ia memutuskan untuk beralih dari norma-norma agama tradisional. Untuk itu, ia menyatakan dirinya sebagai "inkarnasi hidup dari satu dewa mahakuasa yang dikenal sebagai Aten." Ia melarang agama tradisional Mesir Kuno dan menutup semua kuil besar dan menekan praktik keagamaan.

Perubahan besar yang tidak diterima dengan baik di masyarakat. Atenisme, agama yang diperkenalkan Akhenaten, secara luas dianggap sebagai monoteisme absolut. Selama tahun-tahun berikutnya, perubahan dalam masyarakat Mesir pun terus berlangsung.

Perubahan lain yang sulit diterima dalam masyarakat adalah gaya artistik baru dan unik yang dikembangkan oleh Akhenaten.

Secara umum, seni Mesir Kuno mengalami perubahan yang sangat lambat, seringkali mengikuti gaya yang sama selama berabad-abad. Termasuk membangun ibu kota baru yang disebut Akhenaten.

Baca Juga: Misteri Sosok di Balik Terhapusnya Firaun Akhenaten dari Sejarah

 

Relief standar digantikan dengan relief Akhenaten yang penuh dengan detail. Manusia digambarkan dengan cara yang lebih realistis, dalam bentuk tiga dimensi dan dengan fitur yang dilebih-lebihkan. Dalam banyak hal, relief hampir tampak seperti alien, dengan kepala memanjang, perut bulat, dan tungkai panjang.

Demikian juga dengan patung-patung yang dibuat. Ini terlihat dari patung Akhenaten dan istrinya Nefertiti. Leher, wajah, dan tengkorak memanjang secara dramatis, dagu menonjol, dan bibir besar dan menonjol. Firaun digambarkan dengan tulang pipi ekstra tinggi, dan pinggul, paha, dan pantat yang lebar. Ia juga digambarkan dengan perut yang menonjol dalam bentuk perut yang menonjol. Dalam istilah yang lebih sederhana, ia digambarkan sebagai pria yang tampak asing. Apa alasannya?

Beberapa ahli berpendapat bahwa perubahan ini dapat disebabkan oleh masuknya kelompok seniman baru yang latar belakang dan pelatihannya berbeda sebelumnya. Ada kemungkinan Akhenaten memperkenalkan seniman asing untuk mencapai tujuan artistiknya, meskipun teori ini tidak pernah terbukti. Peneliti lain menarik kesimpulan yang ekstrim dan tidak logis yang berhubungan dengan alien.

Apakah sang Firaun mengetahui soal keberadaan alien?

Kebanyakan cendekiawan setuju bahwa penggambaran unik ini disebabkan oleh kelainan genetik dan cacat fisik yang dideritanya dalam hidup. Penguasa yang memiliki cacat fisik dan kelainan genetik rupanya merupakan hal yang biasa di Mesir Kuno.

Firaun mempraktekkan pernikahan antara saudara kandung selama berabad-abad. Saudara laki-laki menikah dengan saudara perempuan, untuk memastikan kemurnian garis keturunan dinasti. Dan itu pun dilakukan oleh keturunan selanjutnya. Selain tidak wajar, perkawinan sedarah dapat menyebabkan serangkaian kelainan genetik dari generasi ke generasi.

Baca Juga: Selidik Kehidupan Sang Pionir Pembaharu Mesir, Firaun Akhenaten

Bas-relief menggambarkan Amenhotep IV (Firaun Akhenaten, sekitar 1360-1342) dan Nefertiti. (DEA Picture Library)

Banyak ilmuwan dan cendekiawan terkemuka mengutip sejumlah kemungkinan sindrom dan gangguan yang mungkin dialami Akhenaten. Prognatisme mandibula , penonjolan ekstrem rahang bawah menjadi penyebab dagu menonjol yang digambarkan pada patung Akhenaten.

Peneliti awal mengusulkan sindrom Frölich sebagai kemungkinan lainnya, kondisi ini dikenal juga sebagai distrofi adiposogenital. Sindrom ini menyebabkan pembesaran dada, paha, perut, dan bokong pada pria, menciptakan tampilan yang mirip dengan Akhenaten. Namun, teori ini sebagian besar telah ditolak karena sindrom ini biasanya menyebabkan kemandulan, sedangkan Akhenaten memiliki banyak anak.

Sindrom Marfan, kelainan genetik multi-sistemik, juga merupakan kemungkinan yang mungkin terjadi. Ini menyebabkan serangkaian cacat fisik tetapi tidak merusak kemampuan mental atau menyebabkan kemandulan. Mereka yang menderita sindrom langka ini memiliki wajah yang memanjang dan kurus, bertubuh sangat tinggi, memiliki tengkorak, jari, dan lengan yang memanjang. Juga memiliki paha yang membesar dan panggul yang lebih besar, serta dada corong. Banyak dari gejala ini dapat dilihat pada patung-patung aneh Akhenaten. Terlebih lagi, kondisi ini diturunkan secara genetik. Menariknya, putri-putri Akhenaten juga digambarkan dengan ciri-ciri aneh, terutama tengkorak mereka yang memanjang.

Untuk menyatukan teka-teki penampilan aneh Akhenaten, kita juga harus menelusuri kisah tentang penerusnya. Kemungkinan ia adalah ayah dari firaun muda Tutankhamun. Tutankhamun terkenal karena penemuan makamnya yang utuh yang menjadi penemuan paling sensasional di dunia Egyptology.

Penelitian menunjukkan bahwa Tutankhamun memiliki sejumlah penyakit genetik dan berpenampilan fisik seperti ayahnya, Akhenaten. Pemindaian dilakukan dan disimpulkan bahwa Tut sangat lemah dan cacat parah.

Pemerintahan Akhenaten penuh kontroversial sulit dijelaskan penyebabnya. Bisa jadi karena alasan politik atau gangguan fisik dan mental. Patung Akhenaten bisa jadi merupakan penggambaran realistis Firaun yang cacat atau gaya seni yang unik dari sang Firaun.

 Baca Juga: Ratu Tiye, Salah Satu Wanita Paling Berpengaruh di Mesir Kuno