Jangan berada terlalu dekat dengan sigung karena dia akan menyemprot Anda dengan campuran kimia berbahaya tiol sulfat – bahan kimia dalam bawang merah mentah yang bisa membuat Anda menangis.
Cairan itu tidak hanya bau, tetapi juga bisa membuat Anda tersedak, menyebabkan kebutaan sementara, sehingga memberi kesempatan untuk sigung untuk kabur.
Aroma itu diproduksi dari kelenjar anal di pangkal ekor dan ditembakkan melalui punting yang melekat pada kelenjar. Kontrol otot yang mengesankan memungkinkan sigung untuk menyemprot dengan jarak hingga lebih dari dua meter.
Tanpa bau mereka, sigung tidak akan mampu lepas dari terkaman predator karena lari mereka cenderung lamban.
Sigung bukanlah satu-satunya yang menggunakan bau menyengat untuk mengusir predator. Burung kayu hijau, di hutan tropis Afrika, mengarahkan ekornya ke hewan yang mengancam dan mengeluarkan bau busuk.
Bahan kimia yang terkandung dalam cairan itu adalah dimentil sulfida yang memberikan aroma bau telur busuk. Burung kayu hijau yang masih muda juga bisa menyemprotkan cairan feses mereka ketika di serang.
Fulmar, burung laut berwarna abu-abu dan putih kerabat albatross, juga sama baunya. Mereka makan apa saja dari ikan hingga sampah, sehingga bisa punya bau yang menyengat.
Ketika burung ini merasa dalam bahaya, mereka akan menyemprotkan muntahan minyak perut yang hmmm.... bau sekali!
Beberapa jenis burung lain bahkan bisa menyemprot feses mereka di sekeliling sarang dan telur ketika mereka merasa takut.
Menjadi bau juga bisa membantu burung untuk menjaga kebersihan bulu-bulu dan kulit dari parasit dan mikroba. Sebuah riset mengungkap bahwa 17 kandungan anti mikroba di feses burung kayu hijau bisa melindungi mereka dari kutu, bakteri, dan jamur.
Sebagian binatang yang berukuran jauh lebih kecil juga memiliki mekanisme serupa untuk mempertahankan diri. Bombardier beetles (atau kumbang pengebom) misalnya mengeluarkan cairan kimia panas dari ujung perutnya. Kumbang ini menyimpan hydroquinone dan hidrogen peroksida di kompartemen yang terpisah di tubuhnya, dan ketika merasa terancam, dia mengeluarkan keduanya.
Dua bahan kimia itu bereaksi sehingga menimbulkan cairan panas dengan suhu hampir 100 derajat Celsius. Semprotannya berirama mirip dengan senapan mesin untuk mencegah agar tidak kepanasan.
Cairan ini bisa mematikan serangga lain dan bahkan terasa menyakitkan bagi manusia. “Kumbang ini benar-benar hebat,” kata Mark Siddal dari Museum Sejarah Alam Amerika di New York.
Namun, bau tidak hanya berkaitan dengan pertahanan diri. Beberapa spesies tumbuhan meniru bau daging busuk dan kotoran untuk menarik serangga. Bau itu membantu mereka untuk menyebar benih.
Rafflesia arnoldii tumbuh di hutan tropis di Asia Tenggara, namun sangat sulit ditemukan karena batang, daun, dan akarnya tidak bisa dengan mudah dilihat oleh mata telanjang. Tetapi, begitu bunganya mekar, Anda akan dengan mudah melihatnya karena ukurannya menjadi yang terbesar di dunia.
Spesies lainnya yang mirip adalah bunga bangkai titan arum Sumatera atau Amorphophallus titanium. Tumbuhan ini berukuran besar dan memproduksi bunga yang tingginya bisa mencapai tiga meter.
Tumbuhan ini sangat jarang mekar, tetapi ketika saatnya tiba, kelopaknya akan terbuka dan mengeluarkan ‘parfum’ dengan bau mirip daging busuk. Bau ini sangat menggoda bagi kumbang-kumbang yang makan sisa-sisa binatang.!break!
Ketika sebagian binatang memiliki bau yang bermanfaat, sebagian lagi menjadi binatang bau secara tidak sengaja. Kukang, yang terkenal sangat malas, adalah contoh utamanya.
Selama musim kering, bulu kukang biasanya berwarna cokelat tanah, namun di musim hujan yang berkepanjangan, bulunya berubah menjadi kehijauan karena ditumbuhi ganggang hijau.
Kukang mungkin mendapat manfaat dari situ. Beberapa berpendapat bahwa rambut mereka telah berevolusi agar ganggang bisa tumbuh di atasnya. Ini diperkirakan berguna untuk berkamuflase atau memberikan nutrisi penting.
Jika benar begitu, kurangnya koloni ganggang di tubuh mereka bisa menjadi penjelasan mengapa kukang tidak bisa hidup lama di penangkaran.
Selain ganggang, badan kukang juga dipenuhi oleh kumbang, terutama di bulu sekitar sikut dan di belakang lutut.
Sebuah riset menemukan bahwa ada sekitar 980 kumbang hidup di bulu-bulu seekor kukang. Tiga jenis tungau juga ditemukan hidup di dalam bokong kukang.
Ngengat pun menghabiskan masa dewasanya bersembunyi di bulu kukang. Mereka bersembunyi agar tidak dimangsa oleh burung. Ngengat semakin betah karena bisa bertahan hidup dengan memakan kulit kukang serta ganggang di atasnya.
Beberapa kukang berjari tiga bahkan bisa memiliki 120 ngengat di badannya! Karena itulah, kukang dijuluki sebagai makhluk paling bau di dunia.
Ada kegunaan lain dari bau menyengat: yaitu komunikasi. Hyena berkeliaran di wilayah yang besar dalam kawanan dan mereka menggunakan bau untuk mencari arah.
Ada sebuah kantung di dekat anus yang memproduksi bebauan yang dikenal dengan “mentega hyena”, yang mereka gosok di sebuah obyek atau ke hyena yang lain.
Bau itu tidak hanya menandai wilayah, tetapi juga digunakan oleh anggota kawanan untuk memperbarui informasi tentang keberadaan anggota. Ini seperti mengatakan “siapakah ini” dengan bau mereka.
Sebuah analisa terhadap bahan kimia yang terkandung di mentega hyena menunjukan bahwa tiap hyena memiliki bau yang khas dan tiap anggota klan juga memiliki bau khas yang hanya dimiliki oleh klan miliknya.
Pesaing terakhir dari pencarian makhluk yang paling bau di dunia adalah manusia. Pada 2011, peneliti mengklaim bahwa bau manusia unik di antara kelompok kerajaan hewan lain dan inilah mengapa kita sangat menarik bagi para nyamuk.
Manusia pada dasarnya memang bau karena kita mengeluarkan aroma di hampir semua bagian tubuh, bukan di bagian tertentu saja seperti binatang lain. Bau itu terdiri dari bakteri yang hidup di tubuh kita – yang juga mengeluarkan aroma spesifik.
Untuk membuat bau, hewan harus melepaskan bahan kimia tak stabil yang mudah menguap, gas ini dengan mudah bisa menjalar ke hidung hewan lain.
Manusia melepaskan banyak senyawa tak stabil. Juga, mikroorganisme pada kulit kita menggunakan bahan keringat kita untuk metabolisme mereka sendiri, mengubah bahan kimia yang stabil menjadi lebih tak stabil
Kita mungkin berpikir bahwa bau manusia lebih baik dari bau sigung atau burung bau, namun studi dari kedua burung dan mamalia lain menunjukkan bahwa mereka menghasilkan senyawa organik tak stabil yang lebih sedikit daripada kita.
Manusia dewasa mengeluarkan air, protein, asam amino, urea, amonia, asam laktat dan garam. Beberapa dari senyawa ini memiliki bau yang tak sedap.
Selama pubertas, kelenjar yang melepaskan bahan kimia ini penuh dengan bakteri, membuat kita bahkan semakin bau!