Percepat Vaksinasi di Wilayah Pedalaman Sulawesi Barat, Diskominfo Lakukan Kolaborasi dengan TNI dan Polri

By Fathia Yasmine, Kamis, 25 November 2021 | 17:11 WIB
Dialog virtual KPCPEN, Rabu (24/11/2021). (Dok. KPCPEN)

Nationalgeographic.co.id - Pemerintah terus berupaya mendistribusikan vaksin hingga ke pedalaman di Indonesia.

Untuk itu, diperlukan dukungan dan kerja keras seluruh pihak agar vaksinasi dapat menjangkau hingga wilayah terpencil, mengingat masing-masing daerah memiliki tantangan tersendiri dalam distribusi vaksin.

Salah satu kisah distribusi vaksin disampaikan oleh Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Sulawesi Barat Mustari Mula. Sulawesi Barat, kata Mustari, masih memiliki banyak daerah yang tidak terjangkau dengan kendaraan roda dua.

Awalnya, pihaknya sempat khawatir jika proses distribusi akan memengaruhi kualitas vaksin.

Baca Juga: Seorang Pendeta Telah Menyelamatkan Masa Kecil Hitler dari Kematian

Namun, berkat kalkulasi jarak tempuh dan bantuan berbagai lapisan masyarakat, vaksin akhirnya bisa didistribusikan ke berbagai tempat dalam kondisi baik.

“Sangat bersyukur banyak dibantu, bahu membahu dengan berbagai elemen terutama TNI Polri, tenaga kesehatan (nakes), dan masyarakat,” ungkap Mustari.

Terkait pelaksanaan vaksin, Mustari mengungkapkan bahwa proses vaksinasi juga sempat ditolak oleh masyarakat. 

“Tapi setelah teredukasi dengan baik, justru partisipasi masyarakatnya lebih proaktif untuk divaksin,” jelas Mustari.

Baca Juga: Di Balik Penemuan Tempat Pemujaan Matahari di Kuil Batu Nyuserra Mesir

Hingga Senin (22/11/2021), capaian vaksinasi di Sulawesi Barat mencapai angka 56 persen. Mustari memastikan jika stok vaksin yang ada di wilayahnya juga sudah mencukupi untuk setia masyarakat yang membutuhkan.

“Stok vaksin juga terpenuhi,” imbuhnya.

Kisah serupa juga disampaikan oleh Wakil Kapolres Kabupaten Pacitan, Jawa Timur Kompol Sunardi. Layaknya Sulawesi Barat, area Pacitan juga masih terbagi atas wilayah pegunungan dan perbukitan.

Hal ini tidak hanya menyulitkan proses vaksinasi, tetapi juga akses masyarakat ke sentra vaksinasi. Utamanya bagi kaum lanjut usia (lansia) dan difabel.

Baca Juga: Konyak, Suku Pemburu Kepala Terakhir di India dan Tradisi Tatonya

Dengan pertimbangan tersebut, pemerintah dan aparat setempat melakukan aksi jemput bola dengan mengadakan vaksinasi door to door. Di beberapa tempat, aparat juga menyediakan sentra vaksin yang berada di sekitar pemukiman masyarakat.

“Masyarakat senang dengan kemudahan yang diberikan,” katanya.

Terkait situasi di lapangan yang rentan akan cuaca ekstrem, Sunardi mengungkapkan bahwa pihaknya ikut menggandeng Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas), Bintara Pembina Desa (Babinsa), dan bidan desa untuk mendatangi pemukiman masyarakat.

Penguatan jalur komunikasi dan edukasi juga dilakukan dengan pembentukan grup Whatsapp hingga ke tingkat RT dan RW. Hingga saat ini, capaian vaksinasi di Kabupaten Pacitan sudah mencapai 72,61 persen.

Baca Juga: Ritual Giwu, Sanksi Adat Dijatuhkan Demi Kelestarian Danau Poso

“Selain capaian vaksinasi umum, kami (juga) mengejar vaksinasi lansia yang baru 52 persen,” kata Sunardi.

Di samping permasalahan geografis dan distribusi, tantangan vaksinasi lainnya adalah kurangnya pemahaman masyarakat setempat akan pentingnya vaksinasi.

Ketua Persatuan Perawat Nasional Harif Fadhillah menyebut, para perawat dan relawan harus memiliki kreativitas dan kemampuan untuk memberikan edukasi dengan bahasa yang dapat diterima.

“Kita harus punya kreativitas untuk membuat media-media sederhana (misalnya gambar) yang dapat dipahami mereka,” kata Harif.

Baca Juga: Peluncuran Teleskop Luar Angkasa James Webb Diundur, Ada Apa?

Vaksinasi di kota besar juga menghadapi tantangan

Hampir serupa dengan di daerah terpencil, sebenarnya vaksinasi di area perkotaan juga menghadapi berbagai tantangan. Bedanya, tantangan vaksinasi di area perkotaan  disebabkan karena banyaknya informasi berupa hoaks atau berita yang belum tentu benar terkait vaksin. 

Ketua Yayasan Sinergi Vaksinasi Merdeka Devi Rahmawati menyebut, selain tantangan informasi, kendala akses dan biaya menuju  sentra vaksinasi pun ikut menjadi permasalahan bagi masyarakat.

“Berdasarkan studi, keengganan masyarakat untuk vaksinasi adalah persoalan teknis,” ungkap Devi.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, pihaknya bekerja sama dengan banyak kalangan untuk melakukan vaksinasi kolosal (Vaksinasi Merdeka) di 900 titik di DKI Jakarta dan wilayah-wilayah penyangga.

Baca Juga: Cegah Lonjakan Kasus Jelang Nataru, PPKM Level 3 Akan Diterapkan di Sejumlah Wilayah

Saat ini, program Vaksinasi Merdeka ini telah terlaksana sebanyak tiga kali dengan melibatkan ribuan orang relawan. Melalui program ini, Devi berharap, masyarakat jadi lebih mudah mengunjungi sentra vaksinasi sekaligus memberikan edukasi yang diperlukan.