"Nyemplung" Sejenak ke Pusat Laut

By , Sabtu, 12 September 2015 | 07:00 WIB
Dengan langkah tangkas, Fahrul (21) menyambangi tempat yang konstruksinya belum rampung. Di bawah sebuah pohon yang berjarak sekitar 9 meter dari konstruksi, ia melepaskan sepatu. Tak lama, ia sudah berada di mulut sumur. Setelah melirik kiri dan kanan sambil tersenyum, ia terjun ke dalam sumur.

Sejenak ia berada di dasar sumur. Begitu muncul di permukaan, setengah berteriak ia berujar, ”Ayo, terjun,” dengan gerakan tangan memprovokasi dua temannya di tangga teratas. Pengunjung yang berada di pinggir mulut sumur di tingkat teratas tersenyummenyaksikan tingkah Fahrul, mahasiswa semester VII Universitas Tadulako Palu, Sulawesi Tengah.

Sumur alami di pinggir pantai Desa Towale, Kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala, Sulteng, Minggu (16/8/2015), dijejali sekitar 300 pengunjung yang kebanyakan berasal dari Palu, ibu kota Sulteng. Banyak yang berenang dan tidak sedikit juga yang puas hanya dengan mengelilingi sumur sembari berfoto dengan berbagai pose.

Sumur alami yang dikenal dengan nama Pusat Laut itu terletak sekitar 5 kilometer dari Trans-Sulawesi poros Donggala-Pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat. Tempat itu berjarak sekitar 55 kilometer dari Palu atau 30 km dari Kabupaten Donggala.

Masyarakat setempat menyebut sumur itu Pusentase, bahasa Kaili, bahasa dominan di Sulteng, yang berarti pusat (pusen) laut (tase). Dinamai Pusat Laut karena air sumur ini dipercaya mengalir dari pusaran Laut Sulawesi, sekitar 1 kilometer dari sumur. Titik pusar tersebut punya semacam terowongan untuk mengalirkan air ke sumur. Pusaran itu merupakan titik temu dua arus berbeda.

Menurut Rahman (38), petugas jaga Pusentase, tempat wisata tersebut pertama kali ditemukan pada 1980-an. Saat itu seekor kerbau terjerembap. Sehari kemudian kerbau itu ditemukan di titik pusar di tengah laut. ”Mungkin karena itulah orang-orang percaya ada terowongan di dalamnya,” katanya.

Jika diperhatikan di dinding dan dasar sumur, terowongan yang dimaksud sudah tidak terlihat. Bisa jadi tertutup batu. Air mungkin mengalir merembes di sela-sela bebatuan. Lokasi sumur berada di ketinggian dari permukaan air laut. Namun, keberadaan dasar sumur tetap lebih rendah daripada permukaan air laut.

Sumur itu dalamnya 25 meter dan diamater mencapai 15 meter. Sumur bulat dengan dinding batu yang terlihat kokoh berpijak satu sama lain. Air sumur berupa air laut yang sejuk dan biru. Bagian dasarnya berbatu, tetapi tidak tajam. Pasir ada di beberapa titik dan tak membuat air keruh.

Di dalam sumur terdapat dua batu besar di bagian selatan dan utara. Kedua batu itu tak tajam dan bersih dari lumut. Pengunjung yang berendam di dalam sumur menjadikan dua batu itu tempat untuk menarik napas sejenak. Sumur juga mengalami pasang dan surut. Saat laut di pantai di bagian timur sumur surut, air sumur malah pasang. Sebaliknya, saat air laut pasang, debit air di sumur berkurang.

!break!

Mulai dibenahiPusat Laut mulai dilirik Pemerintah Donggala untuk dijadikan destinasi wisata pada masa Bupati Nabi Bija (2003-2008). Waktu itu dibangun sejumlah kamar penginapan. Saat ini kamar-kamar yang berjejer di pinggir pantai di bagian utara sumur berjumlah sembilan unit. Separuhnya rusak dan sedang diperbaiki.

Di area sekitar sumur terdapat sejumlah pohon yang memberi keteduhan kepada pengunjung. Pengunjung bisa memanfaatkan pohon-pohon itu sebagai tempat santap siang atau sekadar duduk santai sambil memandang hamparan laut lepas Laut Sulawesi.

Secara umum, obyek wisata tersebut belum ditata dengan baik. Area sekitar sumur masih belum dilengkapi sejumlah fasilitas yang seharusnya dan memberikan kenyamanan.

Belum ada tangga permanen ke genangan air. Pengunjung yang ingin berenang harus terjun dari ketinggian bervariasi, mulai dari 25 hingga 7 meter ke sumur. Satu-satunya tangga tempat orang keluar dari sumur adalah melalui tali yang ditambatkan pada pohon. Tali itu dibikin simpul untuk pegangan tangan dan pijakan kaki.