Kematian Kini dan Kehidupan Menuju Dewa

By , Kamis, 1 Oktober 2015 | 17:00 WIB

Lalu, ada prosesi adu kaki atau biasa disebut dengan sisemba. Ada pula prosesi ma’badong. Ma’ badong merupakan nyanyian dalam bahasa Toraja yang berisi syair-syair pujian, nasihat, dan riwayat hidup. Orang-orang yang melaksanakan ma’ adong disebut pa’ Badong. Pa’ badong  akan berkumpul membentuk lingkaran, saling mengaitkan kelingking, lalu memulai prosesi ma’badong. Ma’badong dilaksanakan pada siang hari (saat pemindahan peti jenazah dan saat tamu datang), maupun pada malam hari. Pada siang hari, yang dapat melaksanakan ma’badong hanyalah group pa’ badong yang sudah terpilih. Sedangkan untuk malam hari, siapa saja boleh melaksanakan ma’ badong.

Salah satu ritual terakhir yang membuat takjub adalah saat iring-iringan pelayat yang mengantarkan jenazah menuju tempat peristirahatan terakhir. Para pelayat bersama-sama memegang kain raksasa berwarna merah di atasnya. Sehingga, kain merah raksasa tersebut terlihat seperti selendang raksasa.

Pesta Besar-Besaran

Rambu Solo memang terlihat seperti pesta yang meriah dan megah. Namun, tujuan dari Rambu Solo bukanlah untuk menghambur-hamburkan uang, melainkan untuk pengabdian dan penghormatan kepada orang yang meninggal dan para leluhur. Kemegahan dan kesempurnaan Rambu Solo merupakan sebuah patokan akan nasib arwah yang meninggal nanti. Apakah arwah tersebut bisa mecapai tingkat yang setara dengan dewa.