Tragedi Kematian Bayi Kembar Tutankhamun, Awal Kejatuhan sang Firaun

By Sysilia Tanhati, Senin, 29 November 2021 | 12:00 WIB
Apakah anak menjadi lambang kemurnian yang ditempatkan di makam untuk melakukan perjalanan bersama Firaun ke alam baka? (Dennis Jarvis)

Nationalgeographic.co.id—Disingkirkan tanpa perasaan di sudut gelap di makam bawah tanah Tutankhamun yang mewah. Ini mungkin adalah sisa paling menyedihkan dari kehidupan singkat Firaun muda Tutankhamun.

Saat membuka makam Tutankhamun, Howard Carter menemukan sebuah monumen yang disebutnya paling indah. Di sebelahnya, terdapat sebuah kotak bujur sangkar tidak dihias, yang sebelumnya sudah dibuka oleh penyusup. Meski tanpa hiasan, isinya menjadi salah satu penemuan penting di makam Tutankhamun.

Di dalamnya, arkeolog Inggris itu menemukan dua peti mati miniatur manusia yang dibuat dengan indah dari kayu berlapis emas. Di dalam setiap peti mati tersebut ditemukan janin dari dua gadis yang lahir mati.

Tidak ada keterangan nama untuk tiap janin. Dengan segel kerajaan, Carter hanya menemukan tulisan “The Osiris” di peti mati tersebut. Ia berpendapat bahwa mereka "tanpa diragukan lagi" adalah putri malang dari firaun dan permaisurinya Ankhesenamun.

Sejak tahun 1925 ketika janin pertama kali ditemukan, para peneliti melakukan pemeriksaan berulang kali untuk menentukan usia kehamilan. Juga mencari tahu kelainan bawaan yang mungkin diwarisi dari sang Ayah, Tutankhamun.

Salah satu janin tingginya kurang dari 30 sentimeter dan diperkirakan berusia 5 bulan. Tidak adanya sayatan di perut menunjukkan janin ini tidak dibuat menjadi mumi.

Pada tahun 1933, Dr. Douglas Derry, profesor anatomi di Universitas Kairo, menerima mumi kedua. Mumi ini ditutupi oleh kain kafan linen yang diikat dengan pembungkus melintang dan memanjang.

Halaman berikutnya...