Selama berkuasa, pria yang memiliki gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara VI itu mendobrak tradisi lama dengan didasari kebijaksanaan ala Jawa yang berpadu dengan modernitas melalui semangat egaliter. Ia juga melakukan perubahan mendasar dalam urusan keuangan, fesyen, aturan tata krama, gaya hidup di keraton, hingga multikulturalisme dan kebebasan beragama.
Yang paling terasa pengaruhnya adalah perubahan yang ia lakukan di bidang keuangan atau ekonomi. Ia berhasil melakukan reformasi ekonomi Kerajaan Mangkunegaran dari situasi bangkrut karena tenggelam utang kepada Kerajaan Belanda menjadi terlunasinya utang kerajaan tersebut bahkan mencapai nilai surplus. Stabilitas perekonomian kerajaan kemudian menjadi meningkat sehingga standar hidup masyarakat atau rakyatnya pun mulai membaik.
Baca Juga: Gending Ketawang Puspawarna, Persembahan Mangkunegara IV untuk Alien
"Mangkunegara VI ini seorang entrepreneurship. Jadi mungkin itulah yang membuat Mangkunegara VI tidak terlalu dikenal. Karena warisannya bukan suatu karya atau suatu legacy berupa institusi politik. Warisannya itu sebetulnya adalah sebuah teladan," kata Bondan Kanumoyoso, sejarawan sekaligus Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, dalam acara Peluncuran Buku 'Mangkunegoro VI, Sang Reformis' dan Virtual Talk Show The Game Changer ala Mangkunegoro VI, pada Minggu, 28 November 2021. Acara yang digelar oleh Cagar Budaya Astana Oetara dan Penerbit Buku Kompas ini sekaligus memperingati 125 tahun Jumenengan KGPAA Mangkunegoro VI.
Menurut Bondan, banyak orang lebih memperhatikan aspek kekuasan politik para penguasa sehingga keunggulan aspek kewirausahaan yang dimiliki raja Jawa seperti Mangkunegara VI jadi agak diabaikan dan kurang dikenal.
"Yang sering dilupakan adalah seorang penguasa sebetulnya juga punya unsur kewirausahaan. Dan enggak banyak penguasa Jawa yang seperti itu. Karena biasanya mereka sangat memperhatikan aspek-aspek yang terkait legitimasi politik dan bagaimana memperluas wilayah pengaruh ataupun membangun kekuatan kerajaannya."
Selain memperbaiki ekonomi kerajaan yang sudah mengalami krisis sejak masa pemerintah Mangkunegara V, Mangkunegara VI juga mereformasi bidang budaya. Pria yang nama kecilnya adalah Raden Mas Suyitno ini juga dikenal sebagai penguasa yang mementingkan aspek pendidikan, termasuk pendidikan untuk kaum wanita.
Baca Juga: Tari Bedhaya, Jejak Perlawanan Mangkunegara I dalam Geger Pacinan
"Mangkunegara VI juga mendirikan pendidikan. Beliau itu mengatakan pikiran itu yang mengubah kita, membedah perilaku kita, mengelola perilaku kita. Kalau pikiran kita baik, tingkah laku kita juga baik," ujar Krisnina Maharani, pemerhati budaya sekaligus pemilik Rumah Budaya Keratonan.
Menurut Krisnina, pada masa pemerintahan Mangkunegara VI, pendidikan perempuan Jawa dirintis dengan baik. Jadi, tambahnya lagi, banyak perempuan Jawa yang kini bisa mengamil peran-peran penting dalam masyarakat. Seperti peepatah orang Jawa: "Wong wedok iki kudu ubed, bisa gerak, bisa gesit," kata Krisnina.
Didiet Maulana, pendiri IKAT Indonesia sekaligus edukator wirausaha, juga mengatakan bahwa peran Mangkunegara VI patut diteladani. Terutama dalam kondisi ekonomi Indonesia saat ini di tengah pandemi.
Dulu Kadipaten Mangkunegaran pernah mengalami krisis ekonomi karena terimbas krisis global terkait kebijakan ekspor gula. Krisis ekonomi ini kemudian bisa diatasi oleh Mangkunegara VI.
Pada 2020 Indonesia pun mengalami krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19 yang juga berdampak secara global. Pertanyaannya, mampukah kita bangkit dengan cepat setelah mengalami krisis ekonomi ini?
Baca Juga: Dari Stasiun Solo Balapan Sampai Istana, Menapaki Wangsa Mangkunegaran