Surga Pulau Penjara di Vietnam

By , Jumat, 9 Oktober 2015 | 14:30 WIB

Ketika matahari mulai turun, banyak pelancong memilih untuk menjelajahi pulau itu dengan sepeda motor.

Di teluk An Hai, 1km dari selatan kota Con Son, para penyelam mutiara dan nelayan merapatkan kapal mereka, dengan menjaga agar perahu berbentuk bulat terbuat dari bambu, yang menjadi kedap air karena menggunakan damar palem kelapa dan dapat digerakkan menggunakan dayung - tetap berlabuh untuk digunakan sebagai sampan.

Untuk 6 kilometer berikutnya, panjatlah jalan di sepanjang teluk sampai tiba di ujung paling selatan pulau itu. Di sana kita dapat memandang ke semua arah. Kepulauan itu terbentang ke arah timur; pelabuhan dan kota Con Son ke arah utara; bagian dalam pulau yang terjal dan berkarang ke arah barat.

Menyelusuri tebing, jalan berkelok melalui teluk yang jernih bagaikan kristal dan bermuara di permata pulau itu, yaitu dataran lebar pantai Nhat. Di sini gunung melatari pantai pasir putih yang sepi yang membentang ratusan meter dari pantai saat air surut, dengan air hangat setinggi pinggang mengairi ratusan meter lainnya. Tinggallah di sana sampai senja turun ketika cakrawala berkelip-kelip dengan kapal kontainer yang menutupi laut Cina Selatan yang sibuk.

Ketika senja tiba, jalan sepanjang pantai kota Con Son menjadi pusat kegiatan sosial. Langit berubah menjadi merah muda dan gerobak penjual menjajakan jagung bakar, santai ayam dan babi. Perenang – kebanyakan merupakan wisatawan Vietnam yang tidak mau ke pantai pada siang hari – tiba untuk berenang saat matahari tenggelam. Wilayah pantai menjadi sesak dengan manusia.

Di seberang pantai, rumah-rumah peninggalan kolonial Prancis rusak dan terabaikan; halaman mereka yang perlahan-lahan menjadi hutan mendominasi. Komponis Prancis Camille Saint-Saens pernah tinggal di salah satu rumah itu pada waktu ia menyelesaikan karyanya opera Brunhilda tahun 1895. Dewasa ini, rumah itu menjadi kafe Con Son yang populer, yang menyediakan: bir, es krim dan kopi Vietnam.

Pada malam hari, sebuah pasar yang berbeda buka di Tran Huy Lieu, dua blok ke sebelah Timur. Setengah jalan dipenuhi dengan kursi dan meja lipat besi; bir mengalir pada saat warung-warung memanggang kerang-kerangan, cumi dan tangkapan lain yang didapatkan hari itu. Ini merupakan cara yang asyik untuk mengakhiri hari – hanya saja memikirkan harus kembali ke pulau utama sangatlah mengganggu.