Nurhayati datang ke posko kesehatan membawa anaknya yang baru berusia 26 hari bernama Alvin. “Mau ngobatin batuk, (karena) asap,” katanya.
Baca juga: "Apakah Pemerintah Menunggu Anak-anak Kami Mati Karena Asap?"
Kabut asap masuk ke rumah dan hingga malam tidak hilang. “(Kalau sudah begitu), biasanya (hanya) pasang kelambu,” ujarnya.!break!
Emmanuela Shinta dari Gerakan Anti Asap (GAAS) yang menginisiasi posko kesehatan mengatakan warga banyak mengeluh susah bernafas dan anak-anak kecil menderita diare, ingusan, dan sakit tenggorokan karena asap yang masuk ke paru-paru mereka.
"Kami ingin sosialisasikan bahwa dampak kabut asap lebih dari itu, ada dampak jangka panjang juga. Ini yang ingin kami berikan edukasi pada mereka."
Pemandangan lahan gambut yang dipenuhi asap, tak jauh dari desa. Ini seperti film-film akhir zaman. (BBC Indonesia)
Baca: Dampak Asap pada Kesehatan
Posko kesehatan ramai dikunjungi pada Senin (12/10) kemarin. Anak-anak juga senang menyambut kedatangan relawan yang tak hanya berasal dari kota Palangkaraya, tetapi juga dari kota Solo.
Desa ini berada persis di sebelah Sungai Kahayan, sehingga permukiman mereka juga tak lepas dari bencana. Seiring musim hujan datang, sungai akan meluap membuat banjir setinggi lutut.