Tumbang Nusa adalah sebuah desa yang paling terdampak kabut asap di Kalimantan Tengah. Kabut asap cukup pekat menyelimuti desa itu, membuat jarak pandang tak sampai 150 meter.
Di Desa Tumbang Nusa, bocah-bocah sekolah dasar berjalan kaki di tepi jalan, beberapa juga ada yang mengayuh sepeda kecil di pinggiran lahan hitam bekas terbakar. Meski kabut cukup pekat, di jalan-jalan, banyak anak-anak berkeliaran dan bermain-main tanpa masker.
Baca juga: Kabut Asap Berkepanjangan, Negara Tidak Lindungi Kesehatan Masyarakat
Sangat sulit mengubah pandangan warga, termasuk anak-anak, tentang betapa berbahayanya menghirup kabut asap. Sebuah posko kesehatan yang pertama kali dibuka oleh relawan berusaha untuk mengubahnya.
Hari itu, sebuah posko layanan kesehatan gratis dibuka pertama kali, setelah desa dikepung asap selama dua bulan. Seorang relawan memberikan penyuluhan pada anak-anak untuk selalu memakai masker di luar ruangan.
Ketika relawan bertanya siapa yang setuju memakai masker, anak-anak itu serempak menjawab, “Saya!”
Anak-anak di Desa Tumbang Nusa diberi penyuluhan tentang pentingnya menggunakan masker saat berada di luar ruangan selama kabut asap. (BBC Indonesia)
“Foto! Foto!” teriak anak-anak kegirangan setelah mendapat masker. Tetapi tak berapa lama, anak-anak mulai melepas maskernya.!break!
Sejumlah aktivis mengatakan edukasi bahaya asap memang menjadi tantangan yang paling sulit karena warga menganggapnya sebagai masalah kecil dan mereka sudah terbiasa.
Kabut asap yang menyelimuti desa di siang hari, tidak membuat anak-anak ini hilang semangat. Mereka bermain bola dengan riang walau menggunakan masker.
Dika, bocah laki-laki berusia tujuh tahun yang gemar bermain bola. (BBC Indonesia)
Inilah Dika, bocah laki-laki berusia tujuh tahun. “Tiap hari main bola?”
“Iya!” katanya bersemangat lalu berlari.
Nurhayati datang ke posko kesehatan membawa anaknya yang baru berusia 26 hari bernama Alvin. “Mau ngobatin batuk, (karena) asap,” katanya.
Baca juga: "Apakah Pemerintah Menunggu Anak-anak Kami Mati Karena Asap?"
Kabut asap masuk ke rumah dan hingga malam tidak hilang. “(Kalau sudah begitu), biasanya (hanya) pasang kelambu,” ujarnya.!break!
Emmanuela Shinta dari Gerakan Anti Asap (GAAS) yang menginisiasi posko kesehatan mengatakan warga banyak mengeluh susah bernafas dan anak-anak kecil menderita diare, ingusan, dan sakit tenggorokan karena asap yang masuk ke paru-paru mereka.
"Kami ingin sosialisasikan bahwa dampak kabut asap lebih dari itu, ada dampak jangka panjang juga. Ini yang ingin kami berikan edukasi pada mereka."
Pemandangan lahan gambut yang dipenuhi asap, tak jauh dari desa. Ini seperti film-film akhir zaman. (BBC Indonesia)
Baca: Dampak Asap pada Kesehatan
Posko kesehatan ramai dikunjungi pada Senin (12/10) kemarin. Anak-anak juga senang menyambut kedatangan relawan yang tak hanya berasal dari kota Palangkaraya, tetapi juga dari kota Solo.
Desa ini berada persis di sebelah Sungai Kahayan, sehingga permukiman mereka juga tak lepas dari bencana. Seiring musim hujan datang, sungai akan meluap membuat banjir setinggi lutut.