Nationalgeographic.co.id—"Varian ini benar-benar gila!" kata Andrew Rambaut, profesor evolusi molekuler University of Edinburgh ketika mengirim pesan kepada rekannya, Kristian Andersen dari Scripss Research.
Dia bereaksi ketika mengamati urutan genom SARS-CoV-2 baru, omicron, yang diambil dari tiga sampel di Bostwana pada 11 November, dan seorang pelancong dari Afrika Selatan ke Hong Kong seminggu kemudian. Respon sama juga diberikan oleh Andersen ketika menerima laporan data tersebut.
Menurut mereka di Science, varian baru yang jadi perhatian dunia, memiliki cabang panjang yang jauh dari pohon evolusi SARS-CoV-2. Varian jenis ini mengalami banyak mutasi yang beberapa di antaranya diketahui ampuh untuk menghindari sistem kekebalan atau meningkatkan kemampuan untuk menular.
Lagi-lagi, seperti setiap merebak awal dan kemunculan varian lainnya, para peneliti harus mempelajarinya dan dampaknya pada manusia.
Menurut Jeremy Farrar kepala lembaga penelitian kesehatan berbasis di Inggris, Wellcome Trust , berpendapat bahwa perlu waktu untuk menemukan pemahamannya. Entah apakah varian ini bisa menginfeksi orang yang sudah pulih dari varian lain, yang sudah divaksinasi, dan apakah lebih mematikan.
Farrar menambahkan, hal yang membuat omicron perlu dikhawatirkan adalah genomnya yang membingungkan. Protein lonjakannya yang dapat menempel pada sel reseptor manusia, ada 30 perbedaan asam amino dengan varian awal yang merebak di Wuhan.
Halaman berikutnya...
"[Rangkaian genom] itu sangat meresahkan," katanya. Jika diamati dalam pemetaan biologi struktural, perubahan yang banyak terjadi, seperti varian-varian lainnya, membuat virus dapat mengikat reseptor kita jauh lebih baik.
Sementara, Vipin Vashishtha dokter konsultan dari Mangla Hospital and Research Centre, India dalam artikel di , menyebut varian omicron bukanlah turunan dari variant of concern (VOC).
"Menariknya, varian omicron bukanlah turunan dari salah satu VOC yang ada--alfa, beta, gamma, atau delta. Sebaliknya, tampaknya diturunkan langsung dari galur 'asli' (B.1). Hubungan evolusiner terdekatnya muncul pada April 2020," tulisnya.
Baca Juga: Virus Corona Bisa Berdampak Terhadap Kepekaan Pancaindera Kita
"Cabang yang sangat panjang ini--lebih dari satu tahun--menandakan bahwa varian omicron berevolusi selama periode sirkulasi yang diperpanjang di negara-negara dengan pengawasan genomik yang buruk atau melalu evolusi berkelanjutan pada entitas yang terinfeksi secara kronis, seperti individu yang mengalami gangguan sistem kekebalan, sebelum menyebar kembali ke populasi."
Sebagaimana yang dikabarkan National Geographic Indonesia pada 21 Juni, mutasi dan varian SARS-CoV-2 terjadi, karena virus 'belajar untuk bertahan hidup'. Caranya adalah dengan mengubah genetikanya dengan mempelajari apa yang ada dalam tubuh manusia di suatu kawasan.
Perubahan itu terjadi ketika virus berkembang biak (menyalin diri), yang berangsur-angsur menjadi varian atau mutasi baru.
Vashishtha menjelaskan secara ilmiah dan lebih mendalam dalam kolom yang ditulis di The Wire--media nasional di India--agar bisa dipahami para ilmuwan lainnya. Kolom itu berjudul This Is What We Know So Far About the Omicron Variant.
Baca Juga: Alfa hingga Delta: Bagaimana Bisa Virus Corona Memiliki Banyak Varian?
"Apakah Anda melihat kasus [COVID-19] meningkat tidak hanya di Afrika Selatan, tetapi juga di wilayah yang lebih luas dari Afrika Selatan?" tambah Farrar. Baru-baru ini negara-negara Eropa mengalami pelonjakan kasus, seperti Belgia, Inggris, dan Israel, yang kemungkinan varian Omicron sudah ditemukan di sana.
Banyak negara yang menutup gerbang untuk penerbangan dari Afrika, termasuk Indonesia pada Senin (29/11/2021) kemarin. Ternyata, varian omricon ternyata dilaporkan sudah merebak keluar Afrika.
Laporan di luar Afrika itu salah satunya muncul di Belanda yang menemukan 13 kasus varian omicron dari 61 orang yang positif COVID-19. Mereka yang positif adalah penumpang maskapai pesawat KLM dari Johannesburg, Afrika Selatan, yang tiba di Belanda hari Jumat (26/11/2021).
Jauh sebelumnya, Inggris, Jerman, dan Italia, juga mengonfirmasi adanya temuan varian omicron. Kemudian diikuti oleh pembatasan perjalanan dari dan ke Afrika Selatan oleh Uni Eropa.
Varian omicron sudah menjadi VOC atau varian yang harus diperhatikan oleh WHO dalam rilisnya. Omicron sendiri adalah urutan dalam abjad Yunani, tetapi melompati huruf Nu dan Xi. Alasannya, Nu terlalu mudah dipelesetkan menjadi New (baru) dan Xi terlalu umum karena mirip dengan salah satu nama marga Tionghoa.
Baca Juga: Para Ilmuwan Prediksi Adanya Varian Corona yang Dapat Melawan Vaksin