Menyusuri Lo'ko Bubau, Kehidupan Bawah Tanah di Selatan Sulawesi

By , Kamis, 22 Oktober 2015 | 17:00 WIB

Mulut Gua Bubau sudah ada di depan mata kami, sesuai dengan makna dari nama yang disematkan, gua ini memang mengumbar bau yang tak sedap. Menurut warga, bau tak sedap ini berasal dari kotoran kelelawar yang menumpuk di dalam. Beberapa kali kami mendapati kelelawar menerobos keluar dari dalam gua. Berdiameter kurang lebih delapan meter dengan tinggi lima meter dan dihiasi oleh stalaktit yang meruncing menghadirkan nuansa misterius.

Sebelumnya pada tahun 2012, setelah gua ini ditemukan, warga sempat menjadikan Lo’ko Bubau sebagai destinasi wisata yang terbuka untuk umum. Para pengunjung diperbolehkan masuk dengan biaya sewa penerangan lampu senilai Rp 25,000. “Masuk ke tahun 2013 ribuan orang datang ke sini,” tambah Darwin. Selama setahun ribuan orang yang beruntung mendapatkan kesempatan menyusuri Bubau. Sayangnya pihak pengelola yang mengesampingkan keselamatan gua membuat kondisi Lo’ko Bubau memburuk dan tak terawat.

Usai menjadi lokasi wisata yang digandrungi pengunjung selama setahun gua ini beralih fungsi sebagai lokasi pendidikan pecinta alam. Strategis dengan sungai yang mengalir tak jauh dari mulut gua membuat Bubau menjadi lokasi langganan pelatihan survival.

!break!

Masih menjadi rahasia