Dua Dekade Era Perburuan Exoplanet

By , Jumat, 30 Oktober 2015 | 15:00 WIB

Masa Depan Perburuan Exoplanet

Perburuan exoplanet semenjak 20 tahun lalu tidak sekedar maju selangkah demi selangkah. Lompatan besar dilakukan tidak saja terjadi pada kemampuan instrumentasi yang ditempatkan di angkasa melainkan juga pada instrumentasi di Bumi yang tak lelah berburu mencari planet-planet baru. Lompatan besar dalam kurun 20 tahun membawa kita dari planet-planet di Tata Surya ke penemuan planet di bintang lain yang tak hanya satu atau dua melainkan ribuan planet.

Exoplanet tak hanya ditemukan lewat deteksi tidak langsung namun juga dapat ditemukan lewat pendeteksian langsung dan pencitraan langsung. Kemampuan instrumentasi dan teknik yang awalnya terbatas hanya untuk gas raksasa serupa Jupiter yang berada sangat dekat dengan bintang atau planet Jupiter panas terus berkembang dan membawa kita menemukan planet yang bahkan lebih kecil dari Bumi.

Perkembangan extrasolar planet yang demikian pesat selama dua dekade, menjadi indikasi harapan yang cemerlang untuk era extrasolar planet di masa depan. Dari sisi instrumentasi, NASA akan meluncurkanJames Webb Space Telescope (JWST) tahun 2016 dan Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) pada tahun 2017. Di pertengahan tahun 2020, NASA akan meluncurkan misi WFIRST (Wide-Field Infrared Survey Telescope)-AFTA. TESS akan mencari exoplanet dekat yang diharapkan akan dapat dianalisa atmosfernya oleh JWST.

Misi dari Eropa juga memegang peranan penting dalam pencarian exoplanet. Teleskop GAIA milik ESA saat ini sudah mulai memetakan posisi dan gerak 1 miliar bintang di Bima Sakti. Misi ini tak bisa dipungkiri akan berakhir dengan penemuan planet-planet baru di Bima Sakti. Dan di tahun 2024, ESA akan meluncurkan Plato untuk mencari planet batuan laik huni.

Dari angkasa turun ke Bumi, mata yang akan mengawasi angkasa di Bumi juga akan bertambah. Pertengahan 2020, Giant Magellan Telescope (GMT), European Extremely Large Telescope (E-ELT) dan Thirty Meter Telescope (TMT) akan mulai beroperasi. GMT dan E-ELT akan mengawasi langit dari pegunungan Andean di Chile dan TMT dari Gunung Mauna Kea di Hawaii. Pengamatan dengan menggunakan gelombang radio juga harus diperhitungkan. Keberadaan ALMA juga akan sangat membantu dalam perburuan exoplanet. Di tahun 2014, ketika ALMA masih dalam masa uji coba, teleskop radio tersebut berhasil melihat pembentukan planet di sistem HL Tauri. Di masa depan, Square Kilometer Array juga akan berkontribusi dalam pencarian kehidupan lain di bintang lain dan menjejak kembali pembentukan planet serupa Bumi di bintang-bintang yang sedang terbentuk.

Perburuan exoplanet akan terus berlanjut dan mengejutkan peradaban manusia di Bumi dengan cerita dari planet asing yang bahkan tak bisa kita sentuh. Tapi seperti mimpi dan harapan manusia untuk menemukan planet di bintang lain. Pada masanya, perkembangan teknologi bisa saja memungkinkan manusia untuk menjelajah angkasa dan bertamu ke planet lain. Atau bahkan kita akan bisa menemukan Bumi kembar lainnya di antara bintang-bintang.