Taman Tersembunyi di Karst Cibinong

By , Selasa, 10 November 2015 | 17:00 WIB

Dengan sepeda motor, gang-gang di Cigobang masih mudah dilewati. Namun, kondisi medan dari Cigobang ke gua itu sempat membuat cemas. Kami harus sedikit memaksakan kemampuan motor bebek melalui jalan setapak di tepi jurang menembus perbukitan hutan Perhutani, ladang, dan kebun penduduk.

Meniti jalan di tepi jurang harus dengan laju amat pelan. Kalau sembrono bisa terjungkal ke jurang bersemak. Jalan setapak menuju gua ini lebih cocok dilahap dengan sepeda motor trail atau sepeda gunung.

Perjalanan menggunakan sepeda motor dari Cigobang ke Gua Garunggang perlu waktu hampir 1 jam. Jika berjalan kaki mungkin butuh 2 jam.!break!

Masih tradisional

 Setelah dihajar medan berat, berdebu, dan panas terik, kami sampai di suatu kawasan dengan hamparan dinding batu. Ada lima pondok dari kayu dan bambu di sana. Di lokasi juga ada beberapa kotak sampah berlogo Pemerintah Kota Depok, bukan Pemerintah Kabupaten Bogor.

Di sana ada semacam taman yang telah ditata. Itu terlihat dari keberadaan struktur dari batu untuk meja dan kursi. Di sekeliling batu-batu yang disusun dan ditata ada berbagai tanaman bunga dan pohon serta pondok istirahat.

Di sekitarnya adalah hamparan dinding batu dan sejumlah pohon rindang. Kawasan seluas sekitar 1 hektar itu lumayan adem. Sampah masih sedikit karena gua itu belum menjadi obyek wisata massal.

Kondisi medan yang menantang menuju kompleks Gua Garunggang, Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. (Ambrosius Harto/Kompas)

Di sana, kami bertemu dengan pasangan Ajum (70) dan Acih (60) serta warga bernama Umar (45).

Menurut Ajum, Gua Garunggang lumayan ramai dikunjungi pada akhir pekan atau hari libur. Kalangan penyusur gua atau pencinta alam doyan berkemah di pelataran di antara dinding batu itu. Di sana ada lima gua yang bisa dimasuki. Kami masuk ke salah satu gua tersebut.

Untuk menuju pintu gua kami harus menuruni tangga tradisional dari bambu. Dari pintu gua kami masih menyusuri jalan menurun 6-8 meter sebelum jalur melandai menjadi horizontal. Menurut Ajum, jalur mendatar itu menjorok sampai lebih dari 200 meter ke dalam.Bagian dalam gua berupa rongga yang luas dan gelap. Setelah lampu senter dinyalakan, terlihat hamparan stalaktit dan stalagmit indah. Permukaan lantai terasa licin dan basah serta tercium bau kotoran kelelawar.

Menikmati keindahan gua, hamparan dinding batu, dan lokasi yang masih asri, sunyi, dan terpencil, seakan membayar lelah serta cemas selama perjalanan.