Ragam Temuan Bersejarah dari Situs Hala Sultan Tekke di Siprus

By Maria Gabrielle, Jumat, 3 Desember 2021 | 16:00 WIB
Salah satu perhiasan yang dikenakan oleh kerangka anak berusia lima tahun. (Peter Fischer, Teresa Bürge)

Nationalgeographic.co.id—Sejak 2010 penggalian arkeologis dilakukan di Siprus. Pada tahun 2018 para arkeolog menemukan dua makam berupa ruang bawah tanah dengan sejumlah besar kerangka manusia di situs Kota Zaman Perunggu, Hala Sultan Tekke, Siprus.

Dilansir dari Phys, para arkeolog dari Universitas Gothenburg telah menyelesaikan penggalian dari dua makam tersebut. Mengelola temuan-temuan ini merupakan pekerjaan yang rumit selama empat tahun, karena tulang-tulangnya sangat rapuh setelah lebih dari 3.000 tahun di dalam tanah asin.

Selain kerangka dari 155 individu, tim juga mendapati 500 benda, termasuk di dalamnya perhiasan emas, batu permata dan keramik dari sekitar tahun 1350 SM. Kerangka dan benda-benda ritual pemakaman berada dilapisan tanah yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa makam itu digunakan selama beberapa generasi.

"Temuan menunjukkan bahwa ini adalah makam keluarga elit penguasa di kota. Sebagai contoh kami menemukan kerangka anak berusia lima tahun dengan kalung emas, anting-anting emas, dan tiara emas. Ini mungkin anak seorang keluarga yang kuat dan kaya," kata Profesor Peter Fischer, pemimpin penggalian kepada Phys.

Temuan termasuk perhiasan dan benda-benda lain yang terbuat dari emas, perak, perunggu, gading dan batu permata. Ada juga bejana yang dihias dari banyak budaya.

"Kami juga menemukan banteng (dari) keramik. Tubuh banteng berlubang ini memiliki dua lubang, satu di belakang untuk mengisinya dengan cairan, kemungkinan anggur, dan satu lagi di hidung untuk minum. Rupanya, mereka mengadakan pesta di kamar untuk menghormati kematian mereka,” katanya.

Lebih lanjut tentang keramik, penampilan dan bahan keramik yang berubah dari waktu ke waktu memungkinkan para ahli untuk menentukan usianya. Tidak hanya itu, mereka juga mampu mempelajari hubungan orang-orang ini dengan dunia sekitarnya. Peter Fischer mengaku kagum dengan jaringan luas yang dimiliki penduduk setempat 3.400 tahun yang lalu.