Ternyata Populasi Serigala Norwegia Punah dan Diganti dari Negara Lain

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 11 Desember 2021 | 08:00 WIB
Populasi serigala Norwegia sudah hilang untuk selamanya. Hari ini, di negara itu hanya ada serigala yang berasal dari Finlandia yang bermigrasi, membuat orang mengira serigala Norwegia telah kembali. Hewan ini menghadapi tantangan yang mengancam. (Per-Harald Olsen, NTNU)

Nationalgeographic.co.id - Serigala kutub (Canis lupus lupus) yang tinggal di Norwegia dan Swedia—kadang disebut sebagai serigala Norwegia saja—dinyatakan punah. Pernyataan itu muncul oleh Hans Stenøien, direktur museum universitas di Norwegian University of Science and Technology (NTNU).

Sebelumnya, serigala itu juga sempat dianggap punah pada 1970, karena perburuan yang tinggi di Norwegia dan konflik dengan pertanian yang mendorong penurunan penyebaran hewan. Lalu sekitar 1980, peneliti menemukan keberadaan mereka kembali.

Saat itu diketahui ada 400 serigala yang berkeliaran di daerah perbatasan antara Norwegia dan Swedia. Spesies dari kedua negara ini dianggap sebagai populasi yang sama.

Baca Juga: Serigala Jepang Misterius Mungkin Merupakan Nenek Moyang Anjing

Awalnya, muncul isu banyak kalangan bahwa kembalinya serigala disebabkan dilepas ke alam liar oleh pihak kebun binatang Norwegia, tetapi pernyataan ini dikonfirmasi tidak benar. Namun yang jelas, menurut Stenøien, serigala yang muncul kembali ini bukan dari Norwegia, melainkan yang berasal dari Finlandia memperluas cakupannya setelah memasuki Swedia.

"Serigala di Norwegia dan Swedia saat ini kemungkinan besar berasal dari serigala yang bermigrasi dari Finlandia," kata Stenøien dalam rilis. "Serigala Norwegia-Swedia asli mungkin tidak memiliki genetika yang sama dengan serigala di Norwegia dan Swedia saat ini."

"Kami telah melakukan studi genetik serigala terbesar di dunia," lanjutnya. Dia menjadi penulis utama sebuah laporan berjudul Genetisk opphav til den norske-svenske ulvestammen dalam  NTNU University Museum Natural History Report 2021-11.

Baca Juga: Tewas Tertimpa, Mumi Anak Serigala Ditemukan 57 Ribu Tahun Kemudian

Meski demikian, Stenøien belum dapat mengetahui sepenuhnya asal serigala Finlandia yang mana secara pasti endemik serigala itu. Populasi serigala Norwegia dan Swedia ini ternyata memiliki perbedaan secara genetik, tetapi bukan berarti merujuk pada serigala yang punah pada 1970-an.

Uji genetik yang Stenøien dan tim lakukan mendapati para serigala mengalami perkawinan sedarah yang parah dan mengancam. Tandanya, dia menerangkan, perkawinan sedarah membuat para serigala itu mimiliki variasi genetik yang sangat sedikit, yang mengakibatkan cacat genetik.

"Kurangnya variasi ini membuat serigala rentan terhadap berbagai penyakit dan kondisi keturunan," lanjutnya.

Cacat genetik itu dapat lebih mudah menyebar dari satu generasi ke generasi berikutnya. Gen ini tidak menguntungkan para serigala ini demi bertahan hidup secara efektif dalam seleksi alam.

Yang jelas, bagaimana serigala ini bisa mendapatkan cacat genetik, para peneliti memperkirakan para serigala yang berasal dari kawasan Finlandia ini datang dengan jumlah kecil karena terjadinya kawin sedarah. Ini adalah risiko kepunahan serigala di Norwegia yang tak hanya karena perburuan, tetapi karena perkawinan sedarah yang membuat mereka kurang tangguh.

Baca Juga: Teka-teki Puluhan Tahun terkait Warna Bulu Anjing Akhirnya Terpecahkan

Kepunahan serigala dan manajemen pelestariannya adalah isu yang panas di Norwegia, terang Stenøien. Akan tetapi penelitian saat ini tidak memberikan saran politis karena dianggap krusial, dan pemerintahlah yang harus pandai mengambil langkah.

Namun, ada masukan secara teoritis yang disajikan para peneliti bahwa serigala Norwegia-Swedia yang asli masih tersebar di kebun binatang negara itu. Seandainya dilepasliarkan, justru dapat menyumbang gen mereka ke serigala liar saat ini yang dapat mengurangi perkawinan sedarah, dan mengenalkan kembali bagian dari materi genetik asli ke populasi yang ada.

Cara itu memang memungkinkan, tetapi dengan catatan akan menjadi mahal dan sulit untuk dikerjakan. Sementara isu pelepasan serigala dari kebun binatang bisa menggemparkan publik, sehingga Stenøien tidak mengetahui apakah usaha ini bisa sepadan dengan usaha, pekerjaan, dan uang demi pelestarian itu.

Penelitian ini adalah yang kedua kalinya dilakukan sebagai laporan penugasan dari parlemen Norwegia dari lima tahun yang lalu. Laporan ini melibatkan puluhan peneliti dan lembaga untuk mengamati genetik, mengambil, dan menyumbangkan bahan sampel.

Baca Juga: Kisah-Kisah Werewolf Pada Dunia Nyata dan Penjelasan Medisnya

Awalnya para peneliti memiliki sampel genetik lebih dari 1.800 serigala di seluruh dunia, dan paling banyak di Eropa. Sekitar 500 sampel tidak memiliki kondisi yang baik untuk digunakan karena berbagai alasan, serperti rusak atau terlalu tua.

Sekitar 1.300 sampel genetik sisanya menjadi dasar kesimpulan, lalu membandingkan semua materi genetik serigala secara keseluruhan.

Selain itu juga para peneliti memasukkan sampel genetik dari 56 ras anjing yang berbeda untuk menyelidiki apakah ada gen atau ciri anjing yang ditemukan pada serigala. Sebab, anjing dan serigala sangat memiliki hubungan erat, bahkan mereka dapat kawin silang dan memiliki keturunan bersama.

Hasilnya, ternyata serigala di Norwegia memiliki komposisi genetik yang merujuk genetika anjing paling sedikit di dunia.

"Serigala di negara ini adalah salah satu yang memiliki jumlah [gen] anjing paling sedikit di seluruh dunia, bahkan mungkin dengan sifat anjing yang paling sedikit," kata Stenøien.

Laporan ini menjadi penelitian terinci yang dilakukan para peneliti di Norwegia, atas penugasan dari parlemen.