Dihantui Perang, Anak-Anak Suriah Butuh Dukungan Psikologis

By , Kamis, 17 Desember 2015 | 13:00 WIB

“Mereka tidak berkembang,” Akca memperingatkan.  “Mereka terjebak di usia di mana mereka mengalami trauma.”

Beberapa siswa Project Lift memiliki trauma parah, melihat orang-orang yang mereka cintai terbunuh di depan mata mereka, atau orang tua mereka ditangkap, dan tak pernah terlihat lagi.

Di satu ruangan, anak-anak berpartisipasi dalam latihan gerak, hanya menggerakkan bagian tubuh yang diperintahkan oleh pemimpin kelompok untuk digerakkan. Di ruangan lain, seorang terapis menunjukkan pada seorang anak laki-laki dan perempuan bagaimana membuat alat music mereka sendiri menggunakan botol air minum bekas dan kacang hijau.

“Kami berlatih kontrol impuls,” jelas psikolog klinis, Merve Minkari (26). "Intervensi kami adalah pelindung.” Ketika Anda mengubah satu hal ketika mereka kecil, itu dibawa seumur hidup."

Di kelas lain, Akca memimpin kelompok melalui latihan terapi seni di mana anak-anak diminta untuk menggambar ikan di laut.

“Semua ikan-ikan ini berbeda,” Ia menerangkan di depan kelas. “Beberapa dari mereka kecil, dan lainnya besar. Semua ikan-ikan yang berbeda ini bisa hidup bersama di Laut,”

“Ya!” seru Youssef, bocah berusia 9 tahun dari Aleppo. “Terima kasih!”

Ketika ditanya kegiatan apa yang paling ia sukai, Youssef meledak penuh kegembiraan. “Bermain drum!” katanya. “Kami membuat musik pada kaki kami!”

Keriangan semacam inilah yang membuat Mohammed, relawan berusia 22 tahun terus berharap. Pengungsi Suriah ini, Mohammed, yang meminta nama belakangnya tak disebut, tiba di Turki dari Aleppo sekitar 4 bulan lalu.

Sama seperti anak-anak yang saat ini ditolongnya, ia mengatakan tak ada lagi yang tersisa untuknya di Suriah. Ia mencondongkan tubuhnya pada si kecil Amal, dengan lembut bertanya apakah dirinya boleh melihat apa yang digambar Amal.  Lalu, ia berkata, “Kami dapat membantu menyalakan kembali semangat mereka.”