Ikhtiar di Pesisir Karangsong

By , Minggu, 20 Desember 2015 | 10:00 WIB

Ali menimpali, “Jangan sampai kita tanam hari ini, besoknya tanaman terangkat. APO ternyata masih belum mengurangi ombak, lalu kita pasangi waring. Agar gelombang yang masuk membawa sedimen, dan arus balik meninggalkan sedimen sehingga tanah bisa tertumpuk.”

Gerak maju penanaman memperhatikan pasang surut air laut. “Penanaman dilakukan dengan memperhatikan batas pasang surut. Kalau surut kering selebar lima meter, itulah batas yang kita tanami,” kenang Tarika. Di daerah pasang surut inilah ditanami bibit mangrove. “Sebab, kalau mangrove selalu tergenang air, pertumbuhannya tidak bagus. Sementara bila tanpa tersentuh air laut, pertumbuhannya juga tidak maksimal.”

Biarpun saat pasang tenggelam, asal saat air surut tanahnya kering, bibit mangrove akan mampu bertahan hidup. “Itu yang bagus,” tegas Tarika. Begitu seterusnya, penanaman dilanjutkan ke arah laut seiring dengan terbentuknya daratan baru.

Gairah untuk membentengi daratan dengan sabuk hijau membuat kelompok ini menandur secara maksimal. “Jangan heran kalau melihat mangrove tumbuh berdampingan,” Ali mengingatkan, “karena yang ditanam tidak hanya satu pohon dalam satu ajir, tetapi ada cadangan dua bibit. Itu untuk antisipasi. Alhamdulillah, begitu hidup, rapatnya luar biasa.”

Bahkan penanda jarak tanam atau ajir pun berupa bambu utuh, bukan bambu belah. Selain untuk menopang bibit mangrove, ajir bambu bulat juga untuk mengurangi arus laut. “Arus akan terbelah melingkari bambu,” terang Tarika.

Tak mengherankan, kendati kini mangrove telah tumbuh rapat dan tinggi, sisa ajir itu masih bisa dijumpai. “Bila ingin melihat sejarahnya, masih ada ajir-ajir dari bambu utuh. Ini untuk memperkokoh bibit yang baru ditanam, agar tidak tercerabut dari tanah,” ujar Ali mengingatkan. Pada penanaman mangrove generasi pertama, evaluasi dilakukan hingga tiga bulan untuk memastikan tanaman berkembang.

Kadang yang menjadi faktor kegagalan penanaman adalahminimnya pemeliharaan. “Setelah menanam, kalau kita tinggalkan, banyak bibit yang terangkat ombak sehingga tidak bisa tumbuh. Tapi kita selalu monitoring setiap minggu. Akhirnya, pertumbuhan bisa mencapai 90 persen,” imbuh Tarika. “Kalau kita tinggalkan, ya, hanya 30 persen yang tumbuh. Tapi kita berkomitmen untuk menjaga dan memelihara tanaman.”

Pemantauan juga tak semudah di daratan kering. “Saat itu, air laut masih setinggi pinggang,” kenang Ali. Lalu datanglah kontribusi dari pihak-pihak setelah melihat bibit itu bertahan hidup.