Studi Baru: Bahan Plastik dapat Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung

By Wawan Setiawan, Minggu, 5 Desember 2021 | 15:24 WIB
Penelitian baru telah menjelaskan cara plasticizer umum meningkatkan risiko penyakit jantung. (stevanovicigor/Depositphotos)

Nationalgeographic.co.id - Plastik, hampir sebagian besar peralatan ataupun barang-barang kebutuhan sehari-hari manusia saat ini terbuat dari plastik. Bahkan sampah terbesar yang menjadi masalah bagi planet kita juga adalah sampah plastik. Sampah plastik ada di mana-mana, para ilmuwan menemukan mikroplastik di es laut Antarktika, dekat puncak Gunung Everest, dalam hujan salju di Kutub Utara, dan dalam sampel tinja manusia yang dikumpulkan di seluruh dunia. Organisasi Kesehatan Dunia juga telah meluncurkan tinjauan kesehatan setelah menemukan partikel plastik di 93 persen air kemasan.

Tak bisa dimungkiri, kehidupan modern kita lebih banyak bergantung pada plastik, meskipun ia berguna tetapi dapat menimbulkan berbagai tantangan yang signifikan terhadap lingkungan dan yang paling penting lagi juga dapat menimbulkan masalah kesehatan. Dengan memperdalam pemahaman kita tentang risiko yang ditimbulkan materi terhadap kesehatan manusia akan sangat penting untuk membuat kita lebih waspada.

Studi terbaru ilmuwan mencatat paparan bahan kimia pengganggu endokrin terkait plastik (EDC / endocrine-disrupting chemicals), seperti bahan kimia dasar bisphenol A dan phthalate plasticizer telah dikaitkan dengan peningkatan bahaya penyakit kardiovaskular (CVD / cardiovascular disease) pada manusia. Apa mekanisme yang mendasarinya? Bagaimanapun, tetap sulit dipahami.

DCHP, plasticizer ftalat yang banyak digunakan, baru-baru ini diusulkan oleh Badan Perlindungan Lingkungan sebagai bahan prioritas tinggi untuk evaluasi risiko. Apa efek buruknya? (Shutterstock)

Sebuah studi baru menyelidiki kontribusi pregnane X receptor (PXR) terhadap efek buruk dari dicyclohexyl phthalate (DCHP)phthalate plasticizer yang banyak digunakan, pada homeostasis lipid dan faktor risiko CVD.

Studi tersebut dipimpin oleh Changcheng Zhou, seorang ilmuwan biomedis di University of California, Riverside, yang mana hasilnya kini meningkatkan harapan untuk memecahkan misteri tersebut. Dalam studi yang dilakukan dengan bantuan tikus, para peneliti menemukan phthalate—bahan kimia yang digunakan untuk membuat plastik lebih tahan lama—menyebabkan peningkatan kadar kolesterol plasma. Hasil studi tersebut sudah dipublikasikan di jurnal terkemuka di bidang kesehatan lingkungan, Environmental Health Perspectives pada 01 Desember 2021 dengan mencantumkan judul Effects of Dicyclohexyl Phthalate Exposure on PXR Activation and Lipid Homeostasis in Mice.

Baca Juga: Mikroplastik Kita Mulai Mencemari Kawasan Terpencil Antarktika

"Kami menemukan dicyclohexyl phthalate, atau DCHP, berikatan kuat dengan reseptor yang disebut pregnane X receptor, atau PXR. DCHP 'menghidupkan' PXR di usus, menginduksi ekspresi protein kunci yang diperlukan untuk penyerapan dan transportasi kolesterol. Eksperimen kami menunjukkan bahwa DCHP memunculkan kolesterol tinggi dengan menargetkan sinyal PXR usus," kata Zhou, yang merupakan profesor di UCR School of Medicine.

Apakah Anda menggunakan produk plastik dalam microwave? Hati-hati, dapat meningkatkan kadar kolesterol dan risiko penyakit jantung karena studi baru mengaitkan kolesterol tinggi, penyakit kardiovaskular dengan plastik. (Brett Stevens/Getty Images)

DCHP, phthalate plasticizer yang banyak digunakan, baru-baru ini diusulkan oleh Badan Perlindungan Lingkungan sebagai bahan prioritas tinggi untuk evaluasi risiko. Namun, belum banyak yang diketahui tentang efek buruk DCHP ini pada manusia.

"Sepengetahuan kami, penelitian kami adalah yang pertama menunjukkan efek paparan DCHP pada kolesterol tinggi dan risiko penyakit kardiovaskular pada model tikus. Hasil kami memberikan wawasan dan pemahaman baru tentang dampak bahan kimia terkait plastik pada kolesterol tinggi—atau dislipidemia—dan risiko penyakit kardiovaskular," tutur Zhou, seperti dilansir Tech Explorist.

Baca Juga: Pengaruh Sampah Plastik Terhadap Perubahan Suhu Pantai dan Ekosistem