Nationalgeographic.co.id—Berbagai cara telah dilakukan oleh banyak pihak dalam menangani kasus COVID-19. Melalui program vaksinasi yang sudah dilakukan oleh banyak negara juga telah ikut membantu mengubah arah pandemi, meskipun hal ini belum dapat menghentikan proses penularannya. Sebab, orang yang sudah divaksinasi lengkap pun masih dapat terinfeksi lagi.
Kini, para ilmuwan memiliki metode baru dalam upaya mengurangi penularan virus. Permen karet eksperimental baru ini telah dikembangkan yang dapat mengurangi penularan virus corona. Sebuah penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal Molecular Therapy pada 10 November 2021 berjudul Debulking SARS-CoV-2 in saliva using angiotensin converting enzyme 2 in chewing gum to decrease oral virus transmission and infection, permen karet yang mengandung protein nabati yang berfungsi sebagai ‘perangkap’ ini dapat menjebak partikel virus corona, sehingga membatasi jumlah virus dalam air liur dan membantu mengekang penularan COVID-19.
Penelitian yang dipimpin oleh Henry Daniell di Penn's School of Dental Medicine bekerja sama dengan para ilmuwan di Perelman School of Medicine dan School of Veterinary Medicine, serta di The Wistar Institute dan Fraunhofer USA, dapat menghasilkan alat berbiaya rendah di gudang senjata melawan pandemi COVID-19.
“SARS-CoV-2 bereplikasi di kelenjar ludah, dan kita tahu bahwa ketika seseorang yang terinfeksi bersin, batuk, ataupun berbicara, sebagian dari virus itu dapat dikeluarkan dan menjangkau orang lain,” tutur Daniell, seperti dilansir Tech Explorist. “Permen karet ini menawarkan kesempatan untuk menetralisir virus dalam air liur, sehingga memberi kita cara sederhana untuk mengurangi sumber penularan penyakit.” tambahnya.
Daniell telah mempelajari protein ini jauh hari sebelum pandemi. Protein enzim pengubah angiotensin 2 atau ACE 2 ini ada dalam konteks mengobati hipertensi. Dengan menggunakan sistem produksi nabati yang telah dipatenkan, Daniell menumbuhkan protein ini di laboratoriumnya, bahkan lebih banyak protein lainnya yang mungkin memiliki potensi sebagai terapeutik.