Ilmuwan Kembangkan Permen Karet Sebagai 'Perangkap' Virus COVID-19

By Wawan Setiawan, Rabu, 8 Desember 2021 | 15:00 WIB
Henry Daniell dari Penn Dental Medicine dan rekannya menggunakan platform produksi obat protein nabati untuk menumbuhkan protein ACE2, yang kemudian dimasukkan ke dalam permen karet untuk mengurangi masuknya virus COVID-19 ke dalam sel. (Hans New Service/Hans India)

Nationalgeographic.co.id—Berbagai cara telah dilakukan oleh banyak pihak dalam menangani kasus COVID-19. Melalui program vaksinasi yang sudah dilakukan oleh banyak negara juga telah ikut membantu mengubah arah pandemi, meskipun hal ini belum dapat menghentikan proses penularannya. Sebab, orang yang sudah divaksinasi lengkap pun masih dapat terinfeksi lagi.

Kini, para ilmuwan memiliki metode baru dalam upaya mengurangi penularan virus. Permen karet eksperimental baru ini telah dikembangkan yang dapat mengurangi penularan virus corona. Sebuah penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal Molecular Therapy pada 10 November 2021 berjudul Debulking SARS-CoV-2 in saliva using angiotensin converting enzyme 2 in chewing gum to decrease oral virus transmission and infection, permen karet yang mengandung protein nabati yang berfungsi sebagai ‘perangkap’ ini dapat menjebak partikel virus corona, sehingga membatasi jumlah virus dalam air liur dan membantu mengekang penularan COVID-19.

Penelitian yang dipimpin oleh Henry Daniell di Penn's School of Dental Medicine bekerja sama dengan para ilmuwan di Perelman School of Medicine dan School of Veterinary Medicine, serta di The Wistar Institute dan Fraunhofer USA, dapat menghasilkan alat berbiaya rendah di gudang senjata melawan pandemi COVID-19.

“SARS-CoV-2 bereplikasi di kelenjar ludah, dan kita tahu bahwa ketika seseorang yang terinfeksi bersin, batuk, ataupun berbicara, sebagian dari virus itu dapat dikeluarkan dan menjangkau orang lain,” tutur Daniell, seperti dilansir Tech Explorist. “Permen karet ini menawarkan kesempatan untuk menetralisir virus dalam air liur, sehingga memberi kita cara sederhana untuk mengurangi sumber penularan penyakit.” tambahnya.

Daniell telah mempelajari protein ini jauh hari sebelum pandemi. Protein enzim pengubah angiotensin 2 atau ACE 2 ini ada dalam konteks mengobati hipertensi. Dengan menggunakan sistem produksi nabati yang telah dipatenkan, Daniell menumbuhkan protein ini di laboratoriumnya, bahkan lebih banyak protein lainnya yang mungkin memiliki potensi sebagai terapeutik.

SARS-CoV-2 masuk ke dalam sel manusia dengan menempel pada protein ACE2 yang ditemukan pada permukaan sel tertentu dalam tubuh kita. Oleh karena itu, para peneliti telah membuat permen karet yang mengandung salinan protein ACE2. Dalam percobaan tabung reaksi, para peneliti mengambil sampel air liur dari pasien COVID-19 dan mencampur sampel ini dengan permen karet berbentuk bubuk. Mereka menemukan bahwa partikel virus menempel pada "reseptor" ACE2, yang ada dalam permen karet.

Sementara itu, pekerjaan lain oleh Daniell dan kolega Penn Dental Medicine Hyun (Michel) Koo telah melibatkan penelitian dalam mengembangkan permen karet yang diresapi dengan protein nabati untuk mengganggu plak gigi. Menggabungkan wawasannya tentang ACE2 dan teknologi ini, Daniell bertanya-tanya apakah permen karet semacam itu, yang diresapi dengan protein ACE2 dapat menetralkan SARS-CoV-2 di rongga mulut.

Untuk mengetahuinya, dia menghubungi Ronald Collman di Penn Medicine. Dia adalah seorang ahli virus dan paru-paru juga dokter perawatan kritis. Timnya telah mengumpulkan darah, usap hidung, air liur, dan biospesimen lainnya dari pasien COVID sejak tahap awal pandemi untuk penelitian ilmiah.

Debulking SARS-CoV-2 dalam air liur menggunakan enzim pengubah angiotensin 2 dalam permen karet untuk mengurangi penularan dan infeksi virus oral. (Courtesy of the researchers)

Baca Juga: Hoaks Covid-19 Masih Tinggi, Kemenkominfo Imbau Masyarakat Waspada

“Henry menghubungi saya dan bertanya apakah kami memiliki sampel untuk menguji pendekatannya, sampel seperti apa yang sesuai untuk diuji, dan apakah kami dapat secara internal memvalidasi tingkat virus SARS-CoV-2 dalam sampel air liur. Itu mengarah pada pembangunan kolaborasi lintas sekolah pada studi mikrobioma kami.” kata Collman.

Tim menanam ACE2 pada tanaman untuk menguji permen karet, dipasangkan dengan senyawa lain yang memungkinkan protein untuk melewati penghalang mukosa dan memfasilitasi pengikatan. Ini memasukkan bahan tanaman yang dihasilkan ke dalam tablet permen karet rasa kayu manis. Sampel inkubasi yang diperoleh dari usapan nasofaring dari pasien COVID-positif dengan gusi menunjukkan bahwa ACE2 yang ada dapat menetralkan virus SARS-CoV-2. Luar biasa!

Henry Daniell, ilmuwan dari Penn's School of Dental Medicine yang mengembangkan permen karet perangkap virus Covid-19. (Penn's School of Dental Medicine )

Baca Juga: Obat COVID-19 Untuk Pasien Kritis Hanya Efektif Untuk Pria, Mengapa?

Akhirnya, tim mengekspos sampel air liur dari pasien COVID-19 ke permen karet ACE2 dan menemukan bahwa tingkat RNA virus turun sangat drastis hingga hampir tidak terdeteksi.

Tim peneliti saat ini mendapatkan izin untuk melakukan uji klinis untuk mengevaluasi apakah pendekatan tersebut aman dan efektif ketika diuji pada orang yang terinfeksi SARS-CoV-2.

“Pendekatan Henry untuk membuat protein pada tumbuhan dan menggunakannya secara oral tidak mahal, mudah-mudahan terukur; itu benar-benar pintar,” kata Collman.

Penelitian ini masih dalam tahap awal pengembangan. Tapi misalkan uji klinis membuktikan bahwa permen karet itu aman dan efektif. Dalam hal ini, itu dapat diberikan kepada pasien yang status infeksinya tidak diketahui atau bahkan untuk pemeriksaan gigi ketika masker perlu dilepas untuk mengurangi kemungkinan penularan virus ke perawat.

“Kami sudah menggunakan masker dan penghalang fisik lainnya untuk mengurangi kemungkinan penularan,” kata Daniell. "Permen karet ini bisa digunakan sebagai alat tambahan dalam pertarungan itu." pungkasnya.

Menurut para peneliti, 5 mg permen karet dapat secara signifikan mengurangi masuknya virus ke dalam sel sementara 50 mg permen karet bisa mengurangi masuknya virus hingga 95%. Ini benar-benar patut diterapkan.

Baca Juga: Jika Disetujui, PAXLOVID Jadi Obat Covid-19 Pertama dari Jenisnya